Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #093] Strategi Bugil Panglima Perang dari Aceh

30 Juni 2022   05:53 Diperbarui: 30 Juni 2022   10:19 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

"Poltak!" Jonder melotot sambil mengepalkan tinju ke arah Poltak.

"Ah, anak tulang laki-laki semua."  Tulang Dabutar menimpali sambil terkekeh. Murid-murid ikut tertawa.  Bistok  menepuk-nepuk bahu Jonder yang mulutnya manyun. 

Selang sepuluh menit kemudian, "Nah, kita sudah sampai. Ini dia komplek makam Raja Sidabutar." Tulang Dabutar mengangkat tangan kanannya ke arah sebidang tanah yang penuh dengan makam. 

Murid-murid sejenak terdiam.  Suasana tanah makam itu terasa angker.  Tidak seperti umumnya tanah pekuburan di Hutabolon atau Panatapan.

Tulang Dabutar membawa murid-murid menghampiri tiga makam besar yang bersisian.  Dua makam batu, sarkofagus, satu makam semen.

"Ini adalah makam Ompu Soribuntu Sidabutar, pemukim pertama di Tomok. Sekaligus raja pertama. Beliau menjadi raja sekitar pertengahan abad enambelas  sampai pertengahan abad tujuhbelas." Tulang Dabutar menjelaskan sambil menunjuk sarkofagus di sebelah kanan. 

"Ini adalah patung kepala raja," lanjutnya sambil memegang kepala sarkofagus. "Patung kecil di atas kepalanya ini adalah cucunya. Cucu harus didukung agar lebih hidupnya lebih hebat dari kakek dan bapaknya."

Murid-murid mengangguk-angguk. Tanda mereka menyimak penjelasan Tulang Dabutar.

"Nah, ini adalah makam Ompu Niujung Barita, raja kedua." Tulang Dabutar menunjuk makam yang di tengah, sebuah sarkofagus besar. "Beliau adalah cucu raja pertama. Ompu Niujung ini adalah raja yang paling terkenal. Raja yang paling jago berperang.  Banyak musuh dari kampung lain dikalahkannya." 

"Kenapa pipi patung kepalanya merah, Tulang?" Poltak bertanya, menyela penjelasan.

"Oh, itu darah raja-raja musuh yang kalah. Dicampur dengan ramuan tertentu, lalu dioleskan raja di situ. Untuk menakuti musuh lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun