Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Jalan Raya Menjadi Panggung Gaya Hidup Kelas Atas Perkotaan

2 Februari 2022   17:57 Diperbarui: 3 Februari 2022   07:34 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil-mobil mewah sengaja berhenti di Tol KM 02.400 Andara (Jalan Tol Depok-Antasari), Minggu (23/1/2022), sekitar pukul 10.45 WIB.(Dok. TMC Polda Metro Jaya via kompas.com) 

Gaya hidup itu secara tipologis mencerminkan suatu "cara hidup" (way of life). Mencerminkan sikap, keyakinan, dan nilai-nilai kelompok itu.

Satu kekhasan gaya hidup khas kelas atas perkotaan itu adalah kegandrungan pada aktivitas biaya tinggi, sebagai pemanggungan status sosialnya. Contohnya belanja busana, tas, dompet, sabuk, sepatu, sandal, kosmetika, kacamata, perhiasan, jam tangan, dan gadged mewah (branded). Beli yacht mewah, serta kendaraan mewah semisal sepeda, motor besar, dan mobil sport/super merek eksklusif, kalau bisa edisi terbatas. Bikin atau menghadiri pesta-pesta mewah eksklusif. Serta pelesiran (leisure) naik kapal pesiar mewah atau jet pribadi dan konvoi motor dan mobil mewah di jalan raya.

Dalam pemanggungan status sosial itu, seperti disebut di atas, ada barang-barang yang digunakan sekaligus ditunjukkan. Itu disebut simbol status (status symbol), sesuatu yang dimiliki sebagai penanda kekayaan atau status sosial tinggi. Misalnya sepatu, jam tangan, tas, gadget, motor gede, dan mobil sport/super dari merek ternama sedunia.

Pengadaan simbol status itu lazim disebut kegiatan "konsumsi menyolok" (conspicuous consumption). Artinya pembelian, pemameran, dan penggunaan barang-barang (dan jasa-jasa) mewah mahal untuk menunjukkan kekayaan dan status sosial tinggi dalam masyarakat. 

Barang (dan jasa) semacam itu -- merujuk nama penemunya Thorstein Veblen, ekonom Amerika -- dikategorikan "barang Veblen" (Veblen goods). 

Kategori itu menunjuk pada produk yang dicari dan dibeli terutama karena harganya sangat mahal sehingga berfungsi sebagai simbol status. 

Jika seseorang menenteng tas merek H, mengenakan arloji GD, menunggang mobil sport B, maka orang segera tahu dia adalah warga kelas atas.

Kata Veblen, konsumsi menonjol itu itu adalah moda pengejaran status (mode of status-seeking). Kebalikan dari hukum permintaan pasar, maka permintaan akan barang Veblen meningkat seiring peningkatan harganya. Warga kelas atas akan semakin menginginkan barang itu sebagai simbol status, dalam praktek konsumsi dan pelesir menonjol. 

Semakin terbatas edisi barang, semakin tinggi harganya, dan semakin bersaing warga kelas atas untuk mendapatkannya. 

Warga yang berhasil memilikinya akan diposisikan di puncak kelas atas. Itulah eksistensi, pengakuan pihak lain menurut piramida kebutuhan Maslow.

Konsumsi menyolok dan pelesir menyolok itu dua sisi pada satu mata uang. Warga kelas atas tidak akan membeli barang mewah untuk disimpan, tapi untuk dipakai dan sekaligus dipamerkan atau dipertunjukkan kepada sesama warga kelas atas dan masyarakat umumnya. Hal tersebut terakhir ini disebut "pelesir menyolok" (conspicuous leisure), kegiatan pelesir yang dilakukan agar disaksikan oleh masyarakat luas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun