Revitalisasi industri tenun Balige itu tentu harus dilaksanakan dalam bingkai visi pengembangan DSP Toba, Marsipature Hutana Be, gotong-royong membangun kampung halaman. Pemerintah Toba dan pengusaha asal KDT, dengan fasilitasi Kementerian Parekraf dan BPODT, mesti tampil di depan sebagai pelaksana.Â
Sungguh, kota Balige tanpa sarung tenunnya bukanlah Balige sejati. Kain sarung tenun adalah ikon terpenting, pencitra terkuat untuk kota itu.
Begitu pula, wisatawan belum sah mengunjungi Balige, jika dia tak membawa pulang barang satu dua potong kain sarung tenun Balige. (eFTe)
Rujukan:
[1] Â Felix Tani, "Porsea, Saksi Modernisasi tanpa Pembangunan di Tanah Batak", Kompasiana, 11 Juni 2019 Â
[2] Felix Tani, Â "Balige, Kota yang Menyarungi Orang Batak", Â Kompasiana, 25 Maret 2019
[3] Felix Tani, "Siborongborong, Daging Kuda dan Sayur Kol", Kompasiana, 9 Februari 2019
[4] Felix Tani, "Tarutung, Kota yang Tumbuh dari Sepohon Durian", Kompasiana, Â 9 Desember 2019
[5] Felix Tani, "Mengenal 'Negeri Matahari Terbit' di Tanah Batak", Kompasiana, 6 Â November 2018
[6] Felix Tani, "Samosir, 1 Pulau 2 Batak", Kompasiana, 4 April 2020.
[7] MTF Sitorus, "Pembentukan Golongan Pengusaha Lokal: Kasus Pengusaha Tenun dalam Masyarakat Batak Toba", Analisis CSIS Vol. 29 No. 2 (2000).