Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #058] Menyambut Ratu Belanda Si Penjajah

17 Juni 2021   16:20 Diperbarui: 17 Juni 2021   17:59 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Girsang, murid-murid SD Hutabolon bergabung dengan murid-murid dari sekolah lain sekecamatan Parapat.  Mereka disuruh berdiri di bawah naungan hutan pinus mengelilingi sebentang lapangan rumput halus.  Itu bagian dari suatu lapangan golf.  Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard  akan datang naik helikopter lalu mendarat di situ.

Menunggu itu sangat membosankan.  Tapi murid-murid sekolah se-Parapat itu lebih suka disuruh menunggu ketimbang belajar di kelas. Karena itu rona wajah mereka tetap sumringah menunggu kedatangan ratu dan pangeran dari Belanda itu.  

Wajah Poltak, yang berdiri bersisian dengan Berta, juga tampak sumringah.  Dia sendiri tak paham mengapa harus sumringah.  Sebab dia tetap tak paham mengapa seorang ratu penjajah harus disambut dengan gegap-gempita.

"Itu helikopternya!"  Polmer berteriak sambil menunjuk ke langit utara.  "Itu mereka!"  "Sudah datang!"  "Itu apa?"  "Helikopter, dodong!"  "Oi, jangan injak kakiku!" "Aduh!"  Berbagai teriakan dan ujaran tumpang-tindih dan susul-menyusul.  

"Anak-anak! Semua siap-siap!  Angkat kibarkan bendera Indonesia dan Belanda di tangan!"  Guru Marihot dan Guru Manaor mengarahkan murid-muridnya, saat dua helikopter tadi sudah mendekat dan siap mendarat.  Saat itu tepat pukul 12.00 siang.

Angin kencang dari putaran baling-baling helikopter menerpa tubuh anak-anak di sekeliling lapangan pendaratan.  Rambut panjang anak-anak perempuan berkibaran.  Bendera-bendera kecil berkepak-kepak. 

"Itu Pangeran Bernhard!"  Guru Manaor menunjuk ke arah seorang lelaki bule bertubuh tinggi besar yang turun dari salah satu helikopter yang telah mendarat.  Lelaki itu berdiri sejenak dan melambaikan tangan ke arah barisan anak-anak, sebelum kemudian dipandu beberapa orang menuju sebuah mobil sedan.

"Pangeran? Mahkota dan mantolnya mana?" Poltak membatin.

"Ratu Juliana mana, Gurunami!"  Poltak berteriak ke arah Guru Marihot.  Poltak tak melihat adanya sosok ratu bule turun dari helikopter. Dalam benaknya, seorang ratu pasti mengenakan mahkota dan mantol beludru halus.  Dia ingin menanyakan soal itu kepada Guru Marihot.  Tapi dia sedang malas mendengar nada suara tinggi.

"Kelihatannya Ratu Juliana ada di helikopter yang satu lagi.  Kita tidak bisa lihat dari sini."  Guru Marihot memberi jawaban kira-kira.  Helikopter yang dinaiki Pangeran Bernhard memang menutup pandangan ke helikopter yang satu lagi.

Tidak sampai seperempat jam, lapangan pendaratan helikopter sudah sepi.  Hanya ada sejumlah polisi dan tentara yang berjaga.  Sosok bule yang disebut Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard sudah pergi naik mobil sedan ke arah kota Parapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun