Wajah para murid langsung sumringah. Â Jiwa-jiwa dalam tubuh-tubuh kecil itu langsung bersemangat. Â Itu untuk pertama kalinya mereka bermain kasti dibimbing guru.
Bermain kasti. Â Itu cara Guru Paruhum membangun keakraban antara para murid. Sekaligus untuk membangun semangat kompetisi yang sehat.
Murid-murid dibagi menjadi dua regu. Regu Poltak dan Regu Jonder. Â Di Regu Poltak ada Binsar, Bistok, Alogo, Berta, Gomgom, Tiur, Jojor, dan Polmer. Di Regu Jonder ada Adian, Togu, Dinar, Nalom, Poibe, Marolop, Risma, dan Saur.
Kedua regu itu keluar dari ruang kelas dan berjalan menuju lapangan rumput di depan gedung sekolah. Â Luas lapangan rumput itu lebih kurang selapangan sepak bola.
"Habislah kalian, Poltak." Jonder menebar ancaman sebelum permainan dimulai.
"Jonder! Kalian yang habis nanti!" Â Polmer sudah langsung membalas, sebelum Poltak sempat melontarkan sepatah katapun.
Jonder terdiam.  Kembut juga hatinya berhadapan dengan Polmer.  Sudah disaksikannya dulu  bagaimana Polmer mengunci Bistok, lawannya bergulat,  hingga tak berkutik.  Â
Permainan dimulai. Â Berdasar hasil suit, Regu Poltak tampil sebagai pemukul dan Regu Jonder sebagai penjaga dan pelempar bola. Jonder menunjuk Togu sebagai pelempar bola. Guru Paruhum sendiri menjadi wasit.
Binsar tampil sebagai pemukul pertama. Malapetaka bagi Regu Jonder. Â Binsar berhasil memukul jauh bola, sehingga dia bisa melewati Pos 1, 2, 3 dan masuk kembali ke hong dalam sekali putaran lari. Â Nilai dua.
Selanjutnya giliran Alogo, Gomgom, Tiur, dan Polmer. Â Semua aman. Â Walau masing-masing hanya mencatatkan nilai satu. Â Karena larinya bertahap dari pos ke pos.
"Habislah kau, Jonder!" teriak Poltak, disambut sorakan merendahkan dari Regu Poltak.