"Pada suatu hari, Si Bisuk Na Oto disuruh ayahnya membeli korekapi ke warung," Â Poltak mulai membaca cerita. Â Murid-murid yang lain menyimak khidmad.
Dikisahkan, ayahnya berpesan kepada Si Bisuk Na Oto agar mencoba dulu korekapi itu sebelum membeli. Â Apakah bisa menyala atau tidak. Takutnya, korekapi itu lembab sehingga takbisa menyala.
Setiba di warung, Si Bisuk Na Oto meminta sekotak korekapi kepada pewarung. Â Di bukanya kotak korekapi itu lalu dicobanya menyalakan satu anak korekapi. Menyala. Â Dicobanya satu lagi. Menyala. Coba satu lagi, lalu satu lagi, dan seterusnya. Â
Yakin semua anak korekapi bisa menyala, Si Bisuk Na Oto membayar harga korekapi kepada pewarung lalu pulang ke rumahnya.
"Setiba di rumah Si Bisuk Na Oto memberikan korek api kepada ayahnya sambil berkata, 'Among, ini korek apinya. Â Semua bisa menyala. Tadi sudah kucoba nyalakan satu per satu.' Â Mendengar itu, ayahnya hanya bisa mengurut dada." Poltak menyelesaikan bacaan.
"Bagus. Kembali ke bangkumu," perintah Guru Marihot. Â
"Bistok! Â Mengapa Si Bisuk Na Oto dibilang bijak?"
"Karena ... karena dia coba dulu korekapinya, Gurunami."Â
"Bagus. Â Siapa di antara kalian yang mau menjadi orang bijak." Â Semua murid unjuk telunjuk.
"Kau, Tiur. Mengapa Si Bisuk Na Oto dibilang dungu?"
"Karena dia mencoba semua anak korekapinya, Gurunami."