"Oi, Poltak! Â Banyak kalilah uangmu itu! Â Bagi-bagilah!" Â
Poltak tersentak berdiri, kaget diteriaki Binsar yang, tanpa disadarinya, sudah berada di belakangnya bersama Bistok.
"Bah, puang. Â Beruntung kalilah kau, Poltak, punya kakek. Â Dapat uang kau." Â Bistok seakan iri.
"Kalau kakekmu meninggal berkali-kali, bisa dapat duit lebih banyak lagi kau." Â Binsar menambahkan, tanpa tenggang rasa.
Hati Poltak mendadak palak. Â "Aku mau kakekku meninggal sekali saja! Tapi bukan sekarang!" teriaknya. Â Emosinya meledak.
"Kalian berdua! Babi!" Poltak meraih potongan batang daun enau, bekas kereta luncur, yang tergeletak dekat kakinya.  Naik pitam, ditebaskannya batang itu  ke arah kepala Binsar dan Bistok. (Bersambung)