"Oi, Poltak! Â Banyak kalilah uangmu itu! Â Bagi-bagilah!" Â
Poltak tersentak berdiri, kaget diteriaki Binsar yang, tanpa disadarinya, sudah berada di belakangnya bersama Bistok.
"Bah, puang. Â Beruntung kalilah kau, Poltak, punya kakek. Â Dapat uang kau." Â Bistok seakan iri.
"Kalau kakekmu meninggal berkali-kali, bisa dapat duit lebih banyak lagi kau." Â Binsar menambahkan, tanpa tenggang rasa.
Hati Poltak mendadak palak. Â "Aku mau kakekku meninggal sekali saja! Tapi bukan sekarang!" teriaknya. Â Emosinya meledak.
"Kalian berdua! Babi!" Poltak meraih potongan batang daun enau, bekas kereta luncur, yang tergeletak dekat kakinya.  Naik pitam, ditebaskannya batang itu  ke arah kepala Binsar dan Bistok. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H