Lagi pula saya kan sudah janji tidak akan mengritik Admin K tahun ini. (Jangan ada yang kasitau saya sudah pernah sekali melanggar janji itu.) Â Itu sebabnya dalam judul ini saya gunakan kata "mengulik", bukan "mengritik". Â Erti keduanya berbeda satu sama lain, walau tujuannya sama saja. (Nah, lo!)
Saya hanya ingin mengulik ikhwal tata bahasa yang digunakan Admin K dalam penjudulan artikel-artikelnya. Â Tata Bahasa Indonesia, maksudku. Bukan Bahasa Inggris. Â Saya hendak ulik tiga contoh judul saja dari artikel pengantar topil (topik pilihan).
Satu: "Doyan Sama Makanan Korea?"
Kalau saya mengunakan pola pikir Saminis (dalam arti kritis), maka judul itu akan saya artikan "Doyan serupa makanan Korea?" atau "Doyan berbarengan makanan Korea?" Â Sebab dalam kbbi.net.id tertulis erti "sama" adalah "(1) Â serupa (halnya, keadaannya, dan sebagainya); tidak berbeda; tidak berlainan, (2) berbarengan; bertepatan , (3) sepadan; seimbang; sebanding; setara.
Sebenarnya apa maksud Admin K dengan judul seperti itu.  Saya kutipkan paragraf pertama dalam artikel  itu:  "Adakah di antara kamu yang suka jajan tteokbokki, eomuk, kimchi, kimbab, dan ayam goreng ala Korea? Atau kamu lebih suka makan mie instannya alias ramyeon ala Korea yang punya banyak varian rasa?" Â
Ah, jadi maksudnya menanyakan kedoyanan (ke)pada makanan Korea. Â Kalau begitu, mengapa tidak ditulis "Doyan Pada Makanan Korea?" Atau lebih pendek lagi, "Doyan Makanan Korea?"Â
Penyisipan kata "sama" dalam judul itu meneladan ragam bahasa pasaran. Â Semisal, "Aku suka sama kamu." Â Itu penggunaan kata "sama" yang salah kaprah. Â Tapi, ya, itulah. Â Orang yang mendapat ucapan itu ternyata membalas, "Aku benci sama kamu." Â Aih, saling mengerti, tapi tak nyambung, kawan.
Dua: Â "Meneladani Artidjo Alkostar"
Saya mengartikan judul itu begini. Â Ada orang atau orang-orang yang memberi teladan kepada Artidjo Alkostar. Â Sebab dalam kbbi.web.id ditulis arti "meneladani" adalah "memberi teladan." Â
(Catatan, arti kedua "meneladani" dalam kbbi.web.id adalah "mengambil teladan". Â Ini seratus persen ngaco. Â Bagaimana mungkin satu kata memiliki dua arti yang bertolak-belakang? )