Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

LGBT, “Gender Ketiga”?

26 Februari 2016   09:20 Diperbarui: 20 April 2016   14:54 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bidang seks dibangun konsensus bahwa perilaku seks yang normal adalah heteroseksual, antara perempuan dengan lelaki. Sedangkan perilaku homoseksual ataupub biseksual dicap abnormal, melanggar norma sosial.

Koheren dengan itu, mengenai pernikahan, dibangun konsensus bahwa pernikahan yang normal adalah antara lawan jenis (gender), yaitu antara perempuan dan lelaki. Sedangkan pernikahan kaum sejenis, antara sesama perempuan atau sesama lelaki, divonis abnormal atau melanggar norma sosial.

Jelas kini bahwa dunia dan kehidupan manusia ini adalah domain dua gender, perempuan dan lelaki, yang kini bersama-sama mendefinisikan norma dan membangun tatanan sosial yang membingkai perilaku sosial setiap individu.

Dua gender itu, perempuan dan lelaki, jelas mengesampingkan keberadaan dan kepentingan individu atau entitas yang secara sosial tidak mendefinisikan diri sebagai perempuan, kendati berjenis kelamin perempuan. Juga individu atau entitas yang secara sosial tidak mendefinisikan diri sebagai lelaki, kendati berjenis kelamin lelaki.

Jelasnya, secara sosiologis, faktanya begini. Ada perempuan yang secara sosial mendefinisikan diri sebagai “lelaki”. Inilah yang dikategorikan lesbian, jika menjalin hubungan intim dengan perempuan.

Lalu ada lelaki yang secara sosial yang mendefiniskan diri sebagai “perempuan”, bahkan sampai operasi atribut jenis kelamin. Ini kemudian dikategorikan gay, kalau membangun hubungan intim dengan lelaki.

Ada pula perempuan/lelaki yang secara sosial mendefinisikan diri bukan salah satunya melainkan keduanya sekaligus. Inilah yang kemudian dikenal sebagai biseksual, jika membangun hubungan intim dengan baik sesama maupun lawan jenis.

Keseluruhan individu/entitas itulah yang membentuk suatu kategori sosial yang kini populer dengan sebuatn LGBT. Oleh perempuan/lelaki (yang menilai diri) “normal”, mereka diposisikan sebagai “penyimpang sosial” (dalam arti negatif). Sehingga harus dikembalikan ke “jalan yang benar”, yaitu perilaku heteroseksual dan pernikahan antar lawan jenis.

Kedua gender “utama” itu, perempuan dan lelaki, tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan entitas LGBT itu sebagai “gender yang lain”, atau sebut misalnya “gender ketiga”, seperti yang mereka persepsikan.

Sebab jika dikembalikan ke formula Beauvoir, maka bisa pula dikatakan bahwa "One is not born, but rather becomes, a lesbian/gay/bisexual/transgender." Artinya, seorang L/G/B/T tidak dilahirkan melainkan dibentuk secara sosial.

Maksudnya, secara sosiologis, entitas LGBT adalah hasil sosialisasi. Mereka, secara kategoris gender, adalah individu-individu yang berkembang dan mendefinisikan diri sebagai bukan-perempuan (kendati jenis kelaminnya perempuan) atau sebagai bukan-lelaki (walau jenis kelaminnya lelaki).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun