Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 20)

22 Juli 2018   17:25 Diperbarui: 8 September 2018   20:04 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bao Xing bersama Gongsun tiba di depan tempat tidur. Gongsun dengan hati-hati mencari penyebab penyakit Bao; ketika memeriksa nadi sebelah kiri, ia berkata, "Tidak ada masalah"; ketika memeriksa nadi sebelah kanan, ia berseru, "Aneh!" Bao Xing bertanya, "Dari hasil pemeriksaan Tuan Gongsun, apakah penyakit Tuan?" "Menurut pemeriksaanku, keenam nadi Tuan berdenyut sedang, menandakan tidak ada penyakit," jawab Gongsun. Ia menyentuh bagian atas kepala dan dada Bao dengan tangannya lalu mendengarkan napasnya. Terlihat seakan-akan Bao hanya tertidur saja.

Bao Xing lalu menceritakan bagaimana tadi Bao tiba-tiba terjatuh. Gongsun kebingungan mendengar hal ini, apalagi setelah memeriksa keadaan Bao ia tidak menemukan dari mana asal penyakitnya. Ia hanya dapat menyuruh Bao Xing untuk menenangkan Nyonya Li dan merasa hal ini harus diberitahukan kepada kaisar. Kemudian ia menuliskannya dalam buku catatan pengobatan untuk dilaporkan kepada kaisar keesokan harinya pada waktu jaga kelima.

Kaisar mengirimkan tabib kerajaan untuk memeriksa kondisi Bao di Kaifeng, tetapi sang tabib juga tidak menemukan penyakit apa pun. Pada saat yang sama ibu suri juga mengetahui kabar ini lalu mengutus Chen Lin untuk melihat kondisi Bao. Akhirnya semua orang baik rakyat biasa maupun pejabat di luar maupun dalam kantor Kaifeng mengetahui kabar Bao jatuh sakit dan berusaha menawarkan pengobatan alternatif sambil mendoakan kesembuhannya. Namun apa daya Bao tidak berhasil disembuhkan; ia masih tidak sadarkan diri, tidak bisa menerima makanan dan minuman apa pun, dan hanya seperti orang yang tertidur lelap. Untungnya Gongsun ahli dalam ilmu pengobatan sehingga setiap waktu ia memeriksa denyut nadi Bao dan merawatnya. Tidak perlu dikatakan lagi, Bao Xing dan Li Cai yang sepanjang siang dan malam selalu menjaga Bao di sampingnya. Bahkan Nyonya Li dalam satu hari bisa beberapa kali datang melihat kondisi Bao. Selain itu, Gongsun dan keempat ksatria gagah berani satu per satu menggosok tangan dan kaki Bao.

Siapa sangka pada hari kelima ketika Gongsun memeriksa nadi Bao, ia merasakan denyut nadinya perlahan-lahan melemah. Semua orang menjadi khawatir. Melihat keadaan ini, Bao Xing teringat kejadian pada waktu Bao dipecat dari jabatannya dulu dan jatuh sakit di Kuil Perdana Menteri Agung. Kondisinya waktu itu sama dengan saat ini. Untung saja waktu itu Bao dirawat oleh bhiksu Liao Ran, namun saat ini sang bhiksu sedang mengadakan perjalanan berkeliling negeri dan tidak diketahui keberadaannya. Bao Xing mengingat kembali bahwa pada waktu itu tuannya menghadapi sejumlah bahaya dan rintangan hingga akhirnya dengan susah payah dapat sampai pada keadaan saat ini. Namun penyakit lama kembali kambuh dan kali ini tidak bisa disembuhkan. Semakin memikirkan hal ini semakin ia merasa sedih dan ia pun menitikkan air mata.

Ketika ia sedang meratap, tampak petugas yang sebelumnya diutus pergi ke Changzhou telah kembali dan melaporkan, "Zhan Xiongfei sedang tidak berada di rumahnya. Pelayan tuanya berkata, 'Tuan kami tampaknya akan kembali pagi atau malam ini. Ia pasti akan segera pergi ke Kaifeng agar tidak mengecewakan kebaikan Tuan Perdana Menteri." Ia juga melaporkan, "Surat ke rumah juga telah disampaikan dan saat ini saya membawa surat balasannya. Keluarga Tuan semuanya dalam kondisi yang baik dan sehat." Mendengar perkataan sang petugas, Bao Xing yang tenggelam dalam pemikirannya sendiri hanya dapat menganggukkan kepala lalu mengambil surat balasan tersebut. Surat tersebut hanya mengabarkan bahwa kondisi keluarga Bao baik-baik saja.

Tahukah kalian ke manakah Pendekar Selatan pergi? Sebagai seorang ksatria yang suka mengembara, ia berkelana bebas tanpa tujuan yang pasti. Setelah mencegat tandu untuk membawa Jin Yuxian ke Kuil Guanyin dan menyerahkannya kepada Ma Han, ia pergi mengunjungi gunung-gunung terkenal dan bermalam di kuil-kuil kuno. Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak mengetahui kasus yang terjadi di istana. Suatu hari dalam pengelanaannya, ia mendengar di mana-mana orang-orang mengatakan bahwa saat ini ibu suri kerajaan ternyata bermarga Li, bukan bermarga Liu; ini semua berkat Bao yang telah memecahkan kasus ini dan saat ini Bao telah menjadi perdana menteri kerajaan. Mendengar kabar ini, Pendekar Selatan sangat bergembira dan berpikir, "Mengapa aku tidak pergi mengunjungi Kaifeng saja?"

Pada suatu hari ia tiba di kota Yulin dan duduk sendiri di sebuah rumah makan untuk minum arak. Ketika ia sedang mengangkat cangkir araknya untuk diminum, tiba-tiba dari depan seorang wanita datang mendekat. Umur wanita itu kurang lebih tiga puluh tahun, wajahnya kuning pucat dan tubuhnya kurus; ia tampak lemah dan kurus kering, tetapi berwajah cantik. Walaupun pakaiannya dari kain yang kasar, ia tampak berpakaian dengan rapi.

Wanita itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi tampak ragu-ragu sejenak. Akhirnya dengan wajah memerah karena malu, ia berkata, "Hamba bermarga Wang, suami hamba bernama Hu Cheng. Kami tinggal di desa Sanbao (Tiga Permata). Karena bencana kekeringan menyebabkan gagal panen, keluarga kami tidak memiliki pekerjaan. Apalagi ibu mertua dan suamiku sedang jatuh sakit. Karena sama sekali tidak ada pilihan lain, saya datang menampakkan muka di hadapan orang banyak dengan meminta-minta di sepanjang jalan. Saya memohon agar Tuan dapat sedikit membantu orang yang miskin seperti saya." Setelah mengatakan demikian, ia meneteskan air mata. Mendengar ceritanya yang memilukan, Zhan Zhao dari dalam pakaiannya mengeluarkan beberapa keping uang perak dan meletakkannya di atas meja sambil berkata, "Jika demikian, ambillah uang ini dan segeralah pulang ke rumah untuk membeli obat. Gunakan sisanya untuk biaya menjaga kesehatan mertua dan suamimu setelah sembuh. Jangan lagi meminta-minta di jalan."

Melihat uang perak yang berjumlah dua tiga keping itu, wanita itu tidak berani menerimanya dan berkata, "Tuan sungguh bermurah hati. Dengan memberikan saya beberapa keping uang tembaga saja sudah lebih dari cukup. Hamba tidak berani menerima sebanyak itu." "Bagaimana bisa seperti ini! Aku berderma kepadamu, tetapi mengapa kamu justru menolaknya? Ini sangat membingungkan." "Hamba meminta-minta karena terpaksa. Jika hari ini saya membawa pulang uang perak ini, takutnya ibu mertua dan suami saya akan curiga. Oleh sebab itu hamba takut menerima maksud baik Tuan ini," kata wanita tersebut.

Zhan merasa ini hal yang masuk akal. Namun dari samping pelayan rumah makan tersebut berkata kepada wanita itu, "Kamu tenang saja. Orang ini telah berderma kepadamu, kamu bawalah pulang uangnya. Jika ibu mertua dan suamimu menyalahkanmu, kamu cukup menyuruh suamimu datang mencariku. Aku akan menjadi saksinya. Apakah kamu masih merasa khawatir juga?" "Benar," kata Zhan, "kamu ambil saja uang ini, tidak perlu ragu-ragu." Wanita itu berterima kasih kepada Zhan, mengambil uang tersebut lalu pergi meninggalkan rumah makan itu. Pelayan tersebut setelah menambah arak dan menanyakan pesanan Zhan langsung pergi mempersiapkannya.

Tidak disangka di sebelah sana ada seseorang yang tertawa kecil setelah melihat Zhan memberikan uang kepada wanita itu. Orang ini bernama Ji Lou-er yang berperangai penuh tipu daya, seorang yang tidak baik sifatnya. Ia berkata kepada Zhan, "Tuan tidak seharusnya memberi uang kepada wanita itu. Ia sengaja melakukan hal ini untuk mendapatkan uang. Sebelumnya ada seseorang yang memberinya uang. Kemudian orang itu diperas oleh suaminya dengan mengatakan ia telah melecehkan sang istri. Suaminya memaksa meminta seratus uang perak untuk menutupi rasa malu. Setelah itu barulah masalahnya selesai. Sekarang Tuan memberi wanita itu uang, takutnya suaminya akan datang memeras Tuan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun