Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 20)

22 Juli 2018   17:25 Diperbarui: 8 September 2018   20:04 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 20 -- PEJABAT SETIA TERTIMPA MALAPETAKA BESAR DAN PAHLAWAN MEMBUNUH SEORANG PENDETA JAHAT

Sejak menjabat sebagai perdana menteri, Bao setiap hari bekerja keras menangani urusan pemerintahan. Ia tidak takut terhadap pejabat yang berkuasa, selalu menegakkan kejujuran dan melaporkan kepada kaisar jika ada pelanggaran aturan; kaisar sama sekali tidak segan-segan menghukum mereka yang melakukan kesalahan. Karena kaisar puas dengan kinerja Bao mengurus pemerintahan sipil dan militer, semua orang memuji dan menghormatinya. Walaupun ada orang yang tidak menyukainya, mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa.

Suatu hari sekembalinya ke Kaifeng setelah selesai menghadiri pertemuan di istana, Bao masuk ke ruang baca dan menulis sepucuk surat. Lalu ia menyuruh Bao Xing mempersiapkan hadiah besar dan tiga ratus uang perak serta mengutus seorang petugas yang berkemampuan pergi ke desa Yujie di kabupaten Wujin, prefektur Changzhou untuk mengundang Pendekar Selatan Zhan Xiongfei guna mempekerjakannya. Bao juga menuliskan surat untuk dikirimkan ke rumah orang tuanya bersama petugas itu.

Baru saja petugas tersebut berangkat, seorang kepala petugas yang berjaga masuk melapor kepada Bao, "Lapor, Tuan Perdana Menteri, di luar terdapat dua orang pria dan wanita meneriakkan ketidakadilan dan datang mengajukan tuntutan." Bao pun memerintahkan membuka persidangan dan segera memasuki ruang sidang. Tampak kedua orang itu berusia sekitar lima puluh tahun. Bao menyuruh seorang yang wanita maju terlebih dahulu. Wanita tua itu maju ke depan lalu berlutut sambil berkata, "Nama saya Yang, suami saya bermarga Huang dan telah lama meninggal. Saya memiliki dua orang putri: yang pertama bernama Jin Xiang (Keharuman Emas) dan yang kedua bernama Yu Xiang (Keharuman Giok). Putriku yang kedua sebelumnya telah mengikat janji pernikahan dengan putra Zhao Guosheng. Kemarin keluarga Zhao datang untuk menikahkan putranya dengan putriku itu. Saya sangat bersedih karena putriku akan menikah dan meninggalkan rumah. Setelah mereka pergi, tiba-tiba putri tertuaku menghilang. Saya segera mencarinya ke setiap tempat, tetapi tidak menemukannya. Saya sangat khawatir karena hal ini. Saya seumur hidup bergantung pada putriku karena saya tidak memiliki suami dan tidak bekerja. Dulu saya merencanakan agar memiliki dua orang menantu laki-laki yang bisa mengerjakan setengah pekerjaan laki-laki dalam keluarga kami sambil merawatku. Saat ini saya malah kehilangan putri tertua yang tidak diketahui keberadaannya. Saya sangat khawatir sekaligus bersedih. Ketika saya sedang menangisi kejadian ini, tak disangka mertua putriku Zhao Guosheng datang mencariku dan tidak melepaskanku begitu saja. Ia mengatakan aku telah menukar putriku dan menikahkan putri yang salah. Kami berselisih paham dan tidak menemukan titik terangnya. Oleh sebab itu, saya datang kemari memohon agar Tuan memutuskan kasus ini untuk kami dan juga menemukan putriku yang hilang."

Bao pun bertanya, "Apakah keluarga kalian memiliki sanak saudara yang sering mengunjungi kalian?" "Jangankan sanak saudara, bahkan tetangga sebelah rumah pun jika tidak ada urusan tidak pernah berhubungan dengan kami. Wanita tua ini sungguh malang dan hidup sebatang kara!" jawab Yang sambil menangis terisak-isak.

Kemudian Bao pun memanggil Zhao Guosheng. Zhao pun maju ke depan dan berlutut sambil berkata, "Hamba Zhao Guosheng, besan Yang. Ia memiliki dua orang putri: putri tertuanya berwajah jelek dan yang kedua berwajah cantik dan menawan. Hamba dan putra hamba pun memilih putri keduanya. Setelah datang menikahkan putraku dengan putrinya, ternyata ia adalah putri tertua. Oleh sebab itu, saya segera mendatangi rumahnya dan menanyakan mengapa ia menukar putrinya, tetapi Yang justru tidak melepaskanku begitu saja dan mengatakan saya telah membawa kedua putrinya untuk dinikahi, dengan mengambil keuntungan dari statusnya sebagai seorang janda. Oleh sebab itu, saya datang ke hadapan Tuan memohon agar Tuan memutuskan hal ini."

"Zhao Guosheng, bagaimana kamu bisa mengenalinya sebagai putri tertua Yang?" tanya Bao. "Saya tidak mungkin salah mengenalinya. Pada waktu itu sebelum menikahkan putraku, kami telah melihat kedua putri Yang. Putri tertuanya sangat jelek, sedangkan putri keduanya sangat cantik. Oleh sebab itu, saya menyukai putri keduanya lalu mengatur pernikahan putraku dengan putri kedua tersebut. Putri yang jelek itu sama sekali tidak hamba inginkan."

Mendengar hal ini, Bao menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Kalian berdua pulanglah terlebih dahulu. Aku akan memanggil kalian lagi." Kemudian ia menutup persidangan dan pergi ke ruang baca utnuk memikirkan kasus ini.

Bao Xing datang membawakan teh ke hadapan tuannya. Tampak Bao sedang duduk di atas kursinya dengan tubuh bergemetaran dan tatapan mata kosong. Ia sama sekali tidak berkata apa-apa dan tidak menerima teh tersebut. Melihat keadaan ini, Bao Xing segera meletakkan tehnya dan bertanya, "Tuan, apakah yang terjadi?" Tiba-tiba Bao berdiri dan berkata, "Bau darah yang sungguh amis!" kemudian jatuh kehilangan kesadaran. Bao Xing segera mengangkat tuannya sambil berteriak, "Tuan, Tuan!" Li Cai langsung masuk dari luar dan membantu memapah Bao ke atas tempat tidur. Ia pun melaporkan hal ini kepada Nyonya Li yang kemudian dengan ketakutan dan kebingungan datang ke ruang baca untuk melihat Bao. Li Cai pun mengundurkan diri ketika Nyonya Li datang.

Bao terbaring di atas tempat tidur dan tampak alis matanya mengerut, kedua matanya tertutup, dan keempat anggota tubuhnya tidak bergerak sama sekali. Melihat kondisi Bao, istrinya tidak dapat mengetahui sebabnya dan tampak kebingungan. Dari luar jendela Bao Xing berkata, "Lapor, Nyonya, Sekretaris Gongsun datang untuk memeriksa denyut nadi Tuan." Maka Nyonya Li pun meninggalkan tempat itu bersama pelayan wanitanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun