Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 6)

11 Februari 2018   09:05 Diperbarui: 31 Maret 2018   20:17 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 6 - BAO DIPECAT DAN BERTEMU DENGAN PARA KSATRIA GAGAH BERANI DAN SEORANG BHIKSU SENIOR

Kisah Bao Zheng memecahkan kasus pot hitam tersebar luas dan membuat namanya termashyur: Tuan Bao jujur dan adil serta tidak mementingkan diri sendiri; ia memecahkan kasus bagaikan dewa. Ini menyebabkan atasannya iri. Apalagi Bao menyebabkan Zhao Da meninggal akibat hukuman, sehingga ketika laporannya masuk, atasannya memecat Bao. Menerima surat pemecatan tersebut, Bao segera menyerahkan stempel pemerintahan dan mengundurkan diri ke sebuah kuil. Ketika mengetahui hal ini, Li Bao membawa uang dan mengemas pakaiannya kemudian menghilang entah ke mana.

Sewaktu Bao meninggalkan kantornya, orang-orang memenuhi jalan dan seraya meratap mengantar kepergiannya. Setelah Bao menasehati mereka agar tidak bersedih, ia menaiki kudanya ditemani oleh Bao Xing. Meninggalkan kabupaten Dingyuan, mereka tidak tahu mau pergi ke mana. Di atas kuda Bao menghela napas dan dalam hati berkata, "Aku memang ditakdirkan bernasib sial. Sejak kecil aku telah mengalami banyak kesulitan. Setelah dengan susah payah mendapatkan kasih sayang kakak dan kakak ipar yang menyewa seorang guru untuk mengajariku agar bisa berhasil kelak, tak disangka aku terburu-buru memberi hukuman dan menyebabkan kematian orang. Walaupun ia bisa mengaku bersalah dengan cara ini, namun ini adalah tindakan yang tidak berhati-hati dan gegabah sehingga menyebabkan pemecatan diriku. Sampai mati pun aku malu untuk pulang dan bertemu dengan keluargaku. Tidak tahu mau ke mana, sebaiknya aku pergi ke ibukota untuk mengadu nasib." Demikianlah di atas kudanya ia menghela napas. Bao Xing yang menemaninya mengetahui tuannya sedang gundah gulana dan tidak berani bertanya.

Mengikuti jalan kuda mereka, sampailah mereka di kaki sebuah gunung. Walaupun bukan gunung yang tinggi, namun suasananya terasa mengerikan. Ketika mereka sedang menikmati pemandangan, terdengar suara pukulan gong dan muncullah segerombolan penjahat. Di antara gerombolan tersebut terdapat seseorang berkulit hitam yang pendek kekar dan bertelanjang setengah lengan. Kemudian ia dengan gagah berani tanpa berkata apa-apa menangkap kedua orang tuan dan pelayan Bao tersebut serta membawa mereka ke atas gunung. Ternyata masih ada tiga orang pemimpin para penjahat di gunung itu. Melihat ada dua orang ditangkap, mereka memerintahkan keduanya diikat di sebuah tiang sembari menunggu pemimpin keempat datang. Tak lama kemudian, pemimpin keempat datang berlari dengan panik dan mengap-mengap berkata, "Sial! Di kaki gunung ada seseorang yang berilmu tinggi. Ia mampu mengalahkan adik dalam sepuluh jurus tangan kosong. Jika tidak segera melarikan diri, mungkin sudah tamat riwayat adikmu ini. Bagaimana jika kakak pergi menemuinya?"

Mendengar hal ini, pemimpin yang paling tua berkata, "Adik kedua tunggu di sini, aku akan pergi." Pemimpin kedua berkata, "Adik ikut menemani kakak." Maka kedua orang itu menuruni gunung. Tampak seorang laki-laki yang gagah berani sedang berdiri di lereng gunung itu. Ketika pemimpin yang tertua mendekat dan melihatnya, tiba-tiba ia tertawa dan berkata, "Ternyata kakak, mari kita berbincang-bincang di atas gunung."

Gunung ini bernama Bukit Tu Long (Naga Tanah) yang sesungguhnya adalah sarang para bandit yang bertempat tinggal di sana. Sebelumnya Zhang Long dan Zhao Hu bekerja di kediaman guru besar Pang; melihat bahwa ia menyalahgunakan kekuasaan, mereka tidak mau bekerja untuknya dan tidak sengaja melewati gunung ini. Keduanya mengumpulkan para penjahat menyerang orang-orang yang lewat dan menjadi pemimpin mereka. Kemudian Wang Chao dan Ma Han yang mengikuti ujian militer juga menemukan kecurangan guru besar Pang dan melarikan diri; keduanya tidak sengaja melewati gunung ini. Zhang dan Zhao mengundang keduanya ke markas mereka dan mengangkat saudara dengannya. Wang Chao menjadi ketua mereka, Ma Han menjadi pemimpin kedua, Zhang Long pemimpin ketiga, dan Zhao Hu pemimpin keempat.

Demikianlah Ma Han bersama-sama orang yang baru datang tadi naik ke atas gunung. Ketika berjalan menuju aula, orang itu melihat ada dua orang terikat pada kedua sisi tiang. Ketika melihat lebih dekat, ia berseru, "Senior, kenapa bisa di sini?" Bao Zheng membuka matanya dan ketika melihatnya, berkata, "Bukankah ini penyelamat kami Pendekar Zhan?" Mendengar hal ini, Wang Chao segera maju melepaskan ikatan mereka dan mempersilakan keduanya masuk aula. Setelah mereka duduk, ketika ditanya oleh Zhan Zhao, Bao menceritakan satu per satu kejadian yang dialaminya. Semua orang menghela napas mendengar kisah Bao. Zhan kemudian menyuruh Wang, Ma, Zhang dan Zhao meminta maaf kepada Bao dan pelayannya. Kemudian arak disajikan dan mereka pun berbincang-bincang dengan akrab.

Bao bertanya, "Aku melihat kalian berempat adalah orang-orang yang berjiwa ksatria, mengapa melakukan pekerjaan tidak baik ini?" Wang Chao menjawab, "Kami tidak berhasil mendapatkan kedudukan, hanya bisa sementara tinggal di sini dan juga tidak ada pilihan lain."

Zhan Zhao berkata, "Aku melihat kalian mengangkat saudara dari marga yang berbeda-beda. Hari ini kalian bertemu dengan Tuan Bao di sini yang walaupun sekarang telah dipecat dari jabatannya kelak akan dibutuhkan kembali oleh kerajaan. Kenapa kalian tidak meninggalkan kejahatan dan bersama-sama mengabdi kepada kerajaan pada waktunya nanti?" Wang menjawab, "Kami juga memiliki pemikiran demikian. Ketika Tuan diangkat kembali oleh kerajaan, kami pasti akan melayani Tuan." Bao menjawab, "Saya tidak pantas menerima pujian demikian." Kemudian mereka minum sampai waktu jaga keempat dan kemudian membubarkan diri.

Keesokan harinya Bao dan Zhan berpamitan pergi. Keempat orang itu mengantar mereka turun gunung. Wang Chao yang berteman baik dengan Zhan mengantarnya sampai beberapa li. Bao dan Zhan walaupun enggan berpisah akhirnya berpisah jalan juga.

Bao segera menunggangi kuda bersama pelayannya menuju ibukota. Suatu hari ketika tiba di depan pintu Kuil Perdana Menteri Agung, Bao merasa pusing dan pandangannya kabur lalu tiba-tiba jatuh dari kudanya. Bao Xing segera turun dari kudanya ketika melihat Bao tiba-tiba kehilangan kesadaran. Ia memanggil tuannya tetapi tidak ada jawaban lalu meratap dengan keras.

Hal ini terdengar sampai ke ruang bhiksu kepala. Ia adalah seorang bhiksu senior yang berlatih Sang Jalan. Namanya ketika masih umat awam adalah Zhuge Sui, setelah menjadi bhiksu nama Buddhis-nya adalah Liao Ran. Pengetahuannya mendalam dan ia memiliki keahlian dalam pengobatan dan astrologi. Mendengar ada suara orang di luar, ia segera keluar. Setelah memeriksa denyut nadinya, ia berkata, "Jangan takut." Setelah mendengar Bao Xing bercerita bagaimana tuannya jatuh dari kuda, ia langsung paham. Liao Ran menyuruh para bhiksu membantu membawa Bao ke kamar di sebelah timur ruang bhiksu kepala. Ia segera meramu obat herbal dan Bao Xing merebusnya dengan penuh kehati-hatian. Setelah meminumkannya, dua hari kemudian barulah Bao berteriak keras dan membuka matanya. Ia melihat cahaya terang dan Bao Xing berdiri di samping serta seorang bhiksu duduk di kursi.

"Ini di mana?" tanya Bao dan Bao Xing menjelaskan bahwa ia telah kehilangan kesadaran beberapa hari dan bhiksu tersebut telah berbaik hati meramu obat untuk menolongnya. Mendengar hal tersebut, Bao berusaha bangun untuk mengucapkan terima kasih, tetapi sang bhiksu menyuruhnya tetap berbaring dengan berkata, "Tidak perlu repot-repot, tenangkan dirimu dan beristirahatlah."

Setelah beberapa hari berlalu, Bao kembali pulih kondisinya seperti sediakala. Segera ia mengucapkan terima kasih kepada sang bhiksu. Apalagi mengetahui bahwa selain memberinya obat untuk dikonsumsi, sang bhiksu juga merawatnya, dalam hati ia sangat berterima kasih. Liao Ran melihat wajah Bao dan langsung mengetahui apa yang telah dialaminya. Kemudian ia menanyakan tanggal lahirnya dan meramalkan Bao akan mengalami kesulitan selama seratus hari, baru setelahnya akan memiliki nasib baik. Ia pun meminta Bao agar tinggal di kuil dan mengganti pakaian sebagai seorang pendeta Taois. Setiap hari jika tidak bermain catur, mereka membaca syair dan saling memuji satu sama lain.

Tak terasa tiga bulan pun berlalu. Suatu hari Liao Ran meminta Bao menuliskan kata-kata: "Di Musim Dingin Membaca Kitab Mengharapkan Kesejahteraan bagi Negeri dan Rakyat" lalu menyuruh seorang bhiksu menempelkannya pada kedua sisi pintu masuk kuil. Karena tidak ada kegiatan, Bao keluar bersama Liao Ran melihat tempelan tersebut. Tampak dari samping datanglah seorang tukang masak yang tangannya membawa keranjang makanan. Sampai di depan kuil, ia melihat Bao berulang kali dari atas sampai ke bawah. Ketika melihat Bao masuk ke dalam kuil, ia berlari seakan-akan terbang. Namun Bao tidak mempedulikannya dan berjalan masuk ke kuil.

Orang itu adalah utusan Perdana Menteri Wang Qi yang menyamar menjadi tukang masak. Ini karena perdana Mentri Wang mengeluarkan perintah kerajaan untuk mencari seseorang yang muncul dalam mimpi kaisar. Kaisar menggambar orang tersebut dalam sebuah lukisan dan secara khusus menugaskan perdana menteri dengan diam-diam mencari orang tersebut. Perdana menteri kemudian menyuruh pelukis menggambar beberapa lukisan yang sama persis dan menugaskan Yu Hou, pelayannya, mengirim para utusan ke setiap penjuru untuk secara diam-diam mencari orang dalam lukisan itu.

Tak disangka hari ini salah seorang utusan melewati Kuil Perdana Menteri Agung dan tanpa sengaja bertemu dengan Bao. Maka ia segera berlari melaporkan hal ini kepada Yu Hou. Ketika menerima kabar ini, Yu Hou mulanya tidak percaya. Bersama-sama utusan tersebut, ia segera pergi ke kuil dan mencari ke semua ruangan. Ketika sampai di ruang bhiksu kepala, ia melihat seseorang sedang bermain catur dengan sang bhiksu senior. Setelah diperhatikan dengan seksama, penampilannya sama persis dengan orang dalam lukisan kerajaan. Ia dalam hati sangat terkejut dan segera kembali ke kediaman perdana menteri untuk melapor kepada atasannya.

Ketika mendengarnya, Wang segera memerintahkan tandu membawanya ke Kuil Perdana Menteri Agung untuk bersembahyang. Wang yang menjalankan perintah kaisar untuk mencari orang dalam lukisan kaisar tidak berani menunda-nunda; selain itu, mencari orang berbakat untuk kerajaan adalah sangat sulit. Tak lama kemudian ia sampai di kuil. Samanera muda yang mendengar kedatangan perdana menteri segera menuju ruang bhiksu kepala untuk memberitahu bhiksu senior. Liao Ran sedang bermain catur dengan Bao dan menolak untuk menemui perdana menteri.

Tetapi Bao berkata, "Sebaiknya Guru menyambutnya." Liao Ran menjawab, "Bhiksu tua ini tidak berurusan dengan pejabat yang berpengaruh, untuk apa menyambutnya?" "Walaupun demikian, ia adalah seorang pejabat yang taat. Menyambutnya juga tidak menodai nama baik Guru." "Dia datang ke sini tidak untuk bertemu denganku, tetapi takutnya ada sesuatu yang berhubungan dengan dirimu," kata sang bhiksu sambil berdiri lalu keluar menyambut tamunya.

Di aula utama ia duduk bersama perdana menteri. Setelah menuangkan teh, Wang bertanya, "Kuil ini memiliki berapa orang bhiksu dan berapa orang pendeta Taois? Saya mempunyai sebuah ikrar untuk mendanakan sepasang sepatu dan kaos kaki kepada masing-masing orang. Aku sendiri yang akan memberikannya langsung." Liao Ran kemudian menyuruh para bhiksu satu per satu datang menerima dana itu. Tidak melihat orang yang dicari, Wang bertanya, "Apakah sudah selesai? Apakah kuil anda masih ada orang lagi?" "Masih ada satu orang lagi, tetapi ia tidak akan menerima sepasang sepatu dan kaos kaki. Jika ingin bertemu dengan orang ini, Tuan harus menggunakan tata krama menemuinya." "Apakah ini merepotkan Tetua untuk memperkenalkan kami?"

Liao Ran pun membawa Wang ke ruang bhiksu kepala. Bao berdiri di dekat jendela melihat keduanya datang. Ia tidak bisa menghindar lagi dan tidak ada pilihan selain mengangkat tangannya dan berkata, "Saya pejabat yang telah dipecat memberi hormat kepada Tuan." Wang melihat penampilan Bao dengan seksama dan menemukan ia tidak berbeda sedikit pun dengan gambar yang dibuat kaisar dalam lukisan kerajaan. Ia sangat terkejut dan segera mempersilakannya duduk seraya bertanya, "Siapakah kamu?" "Saya pejabat yang dipecat Bao Zheng, yang sebelumnya bertugas di kabupaten Dingyuan," jawab Bao yang kemudian menceritakan kasus pot hitam yang menyebabkannya dipecat.

"Kasus ini seperti cerita bohong yang tidak masuk akal. Saya benar-benar sulit mempercayainya," kata Wang. Bao menjawab, "Meskipun tidak masuk akal, tetapi hal ini benar-benar terjadi. Sejak zaman dahulu banyak roh orang yang menderita ketidakadilan. Mereka banyak yang bergantung pada benda mati untuk mengadukan ketidakadilan yang dialaminya. Apakah semuanya adalah cerita bohong yang tidak masuk akal? Jika seseorang mengadili kasus dengan adil demi kepentingan rakyat, bagaimana mungkin ia menggunakan kata-kata 'cerita bohong yang tidak masuk akal' lalu mengabaikan kasus tersebut? Bukankah ini menyebabkan roh tersebut menderita ketidakadilan di dunia sana. Apalagi saya bukan orang yang mempelajari ilmu klenik dan ini bukan kasus yang berhubungan dengan klenik."

Wang mendengar kisah Bao sangat menarik dan dalam hati mengagumi kejujuran dan kesungguhan Bao. Ia segera memerintahkan mempersiapkan kuda dan mengundang Bao ke kediamannya. Sesampainya di kediaman perdana menteri, semua orang yang melihat di belakang tandu tuan mereka ada seorang pendeta Taois bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Kemudian perdana menteri menyuruh Bao bermalam di ruang baca.

Keesokan paginya pada pertemuan pagi, Wang menyuruh Bao berganti pakaian seorang kepala daerah kabupaten lalu terlebih dahulu menunggu di ruang pertemuan. Ketika gong dipukul tiga kali, kaisar masuk ke aula istana. Perdana Menteri Wang maju ke depan memberikan laporan kepada Kaisar Renzong. Kaisar pun berkata, "Segera umumkan agar dia masuk." Bao menaiki tangga emas lalu bersujud tiga kali. Kaisar melihatnya sama persis dengan orang yang muncul dalam mimpinya dan hatinya sangat gembira. Lalu ia bertanya mengapa Bao berhenti dari jabatannya. Bao menceritakan bagaimana ia mengadili kasus pot hitam sehingga menyebabkan tersangka meninggal sewaktu dihukum tanpa sedikit pun menyembunyikan sesuatu, satu per satu dilaporkan kepada kaisar. Wang merasa khawatir jika keterusterangan Bao akan menyebabkan kemarahan kaisar.

Siapa sangka kaisar bukan hanya tidak menyalahkan, tetapi juga berkata, "Karena kamu dapat memecahkan kasus pot hitam dan menegakkan keadilan bagi hantu yang mengadukan ketidakadilan, pasti kamu juga bisa menaklukkan roh jahat yang menghantui istana. Saat ini dalam Istana Yuzhen ada hantu yang menangis setiap malam dan sangat mengganggu ketenangan istana. Aku tidak tahu ini siluman mana. Aku menugaskan kamu untuk menaklukkan hantu tersebut." Kemudian kaisar menyuruh Wang dan para menteri lainnya menunggu perintah selanjutnya. Kaisar sendiri menyuruh kasim istana Yang Zhong membawa Bao ke dalam istana Yuzhen.

Yang Zhong ini memiliki ilmu silat yang bagus dan sangat pemberani. Oleh sebab itu orang-orang memanggilang "Yang si Pemberani". Ia diberikan sebilah pedang bermata dua atas perintah kaisar untuk berkeliling mengawasi istana setiap malam. Hari ini ia diperintahkan untuk menerima Bao masuk istana, namun ia memandang rendah Bao dengan menanyakan marga dan namanya lalu memanggilnya "Lao Hei" (si tua hitam) dan "Lao Bao" (si tua Bao). Sesampainya di pintu gerbang Zhao De [Kebajikan Terang], ia berkata, "Masuklah ke dalam pintu gerbang ini, persis di dalamnya ada halaman istana. Tidak disangka kamu pejabat tingkat tujuh memiliki keberuntungan ini! Hari ini mendapatkan hati kaisar dan ditugaskan masuk istana. Kelak ketika kamu pulang ke kampung halaman pasti membanggakan diri kepada orang-orang, bukankah demikian, Lao Hei?" Tetapi Bao sedikit pun tidak menggubrisnya. "Kenapa kamu tidak menjawab?" protes Yang Zhong.

Bao terpaksa menjawab. "Ya, benar." Yang melanjutkan, "Kamu harus menghargai aku atas semua kerepotan ini. Aku sangat senang bermain dan suka tertawa. Jika kamu orang luar menginginkan kenaikan jabatan, kamu harus memandang aku juga." Akhirnya keduanya sampai di pintu gerbang Feng You [Phoenix Barat]. Di dalam para pelayan menyambut kedatangan keduanya. Di antara mereka terdapat seorang kepala pelayan datang mengangkat tangan dan berkata, "Tuan, hari ini apa yang membawa anda ke sini?" "Xin Ku, Xin Ku! Aku membawa orang ini masuk istana Yuzhen atas perintah kaisar untuk menaklukkan siluman. Ini oleh sebab itu adalah tugas resmi pemerintahan atas perintah kaisar. Ketika kami sudah selesai, tidak pasti apakah kembali pada waktu jaga ketiga atau kelima, kalian tidak perlu menjaga pintu gerbang agar tidak merepotkan kalian. Silakan, silakan!" Kemudian ia bersama Bao segera masuk ke istana Yuzhen.

Tampak emas dan permata giok berkilauan dan bercahaya cemerlang ketika mereka sampai di sana dan ini menimbulkan rasa takjub. Bahkan Yang Zhong yang biasanya banyak berbicara dan suka tertawa pun terkesima tidak dapat berkata apa-apa.

Sampai di pintu aula istana, Yang berhenti dan melihat ke arah Bao sambil berkata, "Kamu menerima perintah dari kaisar sendiri. Oleh sebab itu kamu harus masuk ke aula istana mengusir hantu. Aku menunggu di birai pintu ini saja untuk berjaga-jaga." Bao dengan tenang melangkah masuk dengan menyamping. Tiba di aula istana, di tengah-tengahnya terdapat tahta permata. Seketika ia berlutut tiga kali dan bersujud sembilan kali di hadapan tahta kaisar tersebut. Di sampingnya ada sebuah kursi dan ia membungkuk lalu duduk di sana. Melihat hal ini, Yang dalam hati berkata, "Aku tidak seharusnya memandang rendah orang ini. Walaupun hanya pejabat kecil, ia ternyata sangat mengetahui tata krama kerajaan."

Bao terlihat seakan-akan sedang menghadap kaisar dan duduk dengan tegap, penuh perhatian mengembangkan batinnya, matanya tidak menatap ke mana-mana, dan dengan tatapan yang dingin seperti menatap penjahat. Dalam hati Yang berkata, "Tak mengherankan kaisar menyukai orang ini." Pada saat itu menara jaga membunyikan tanda waktu jaga pertama dan tiba-tiba terdengar suara seperti angin berderu. Yang si Pemberani merasa rambut tubuhnya berdiri semua dan segera berdiri mencabut pedangnya. Ia mengayunkan pedangnya beberapa kali lalu kehabisan napas. Oleh sebab itu, ia terpaksa kembali masuk ke dalam istana. Setelah hawa buruk itu menghilang, ia duduk di ambang pintu. Bao yang duduk di dalam diam-diam menertawainya.

Yang sedang kebingungan ketika ia melihat dari halaman istana muncul angin topan yang berputar-putar di sekitar taman bambu dan memporak-porandakan segala sesuatunya. Samar-samar terdengar suara ratapan dari dalam angin tersebut. Bao melihat cahaya pelita tiba-tiba padam. Yang Zhong yang berada di luar tiba-tiba terjatuh dan tak berapa lama kemudian bangkit lagi. Dengan anggun dan luwes seperti wanita, ia berjalan masuk ke dalam aula istana lalu berlutut. Sekarang pelita tiba-tiba kembali menyala dan Bao berpikir Yang sedang mempermainkannya dengan berpura-pura.

Bao bertanya, "Hari ini kamu datang ingin mengadukan ketidakadilan apakah?" Yang dengan suara lemah lembut dan meratap berkata, "Hamba pelayan Kou Zhu, yang sebelumnya bertugas di istana Jinhua. Karena menyelamatkan putra mahkota, hamba mengalami ketidakadilan dan menderita di akhirat selama dua puluh tahun. Hamba menunggu Dewa Bintang datang agar dapat menyelesaikan kasus ini." Lalu ia menceritakan keseluruhan kisah bagaimana selir Liu bersekongkol menghancurkan selir Li waktu itu. Seraya meratap ia berkata, "Sekarang kemalangan yang dialami Nyonya Li akan segera berakhir karena hamba sengaja datang untuk membocorkan rahasia ini. Mohon Tuan diam-diam menyelidiki dengan segala cara dan tidak boleh membocorkannya." Bao mengangguk dan berkata, "Ada kasus berat seperti ini, aku pasti akan menyelidikinya, tetapi kamu harus menghilang tanpa meninggalkan jejak agar tidak membuat kaisar ketakutan." "Hamba akan mengikuti perintah Tuan," kata sang hantu penasaran itu lalu ia bersujud dan keluar untuk duduk kembali di ambang pintu.

Tak lama kemudian Yang Zhong membuka mulutnya menguap seakan-akan terbangun dari tidur dan melihat Bao masih duduk di sana. Ia bertanya, "Lao Hei, apakah kamu tidak melihat sesuatu yang bergerak? Bagaimana saya melaporkannya kepada kaisar?" Bao menjawab, "Hantu tersebut sudah ditanyai. Karena kamu tertidur di sana, aku di sini hanya bisa menunggu." Yang terkejut dan bertanya, "Hantu apakah?" "Hantu perempuan." "Hantu perempuan siapa?" "Namanya Kou Zhu," jawab Bao.

Mendengar nama tersebut, Yang seketika terheran-heran. Dalam hati ia berkata, "Masalah Kou Zhu telah terjadi kira-kira dua puluh tahun yang lalu, dia bagaimana bisa mengetahuinya?" Lalu ia tertawa dan bertanya, "Mengapa Kou Zhu menghantui tempat ini?" Bao menjawab, "Kamu menjalankan perintah kaisar masuk istana bersamaku mengusir hantu, tetapi siapa sangka kamu tertidur. Aku telah menanyai hantu tersebut. Lebih baik besok kita menemui kaisar, aku akan melaporkan apa yang kutemukan dan kamu menceritakan apa yang kamu alami."

"Aiya, Saudara... Saudara Bao, Tuan Bao, Kakak... Kakak Bao-ku yang baik. Kamu tidak ingin menghancurkan diriku kan? Tetapi yang kamu katakan: kaisar memerintahkanku masuk istana bersama kamu, tetapi aku tidak mengetahui apa-apa karena tertidur. Ini bagaimana menjelaskannya nanti? Aku melihat bahwa sesungguhnya Tuan Bao tidak akan mencelakai orang lain. Selain itu, apakah hal ini benar-benar tidak gunanya bagi tempat kami? Lihatlah tuan kamu sangat bersemangat menyuruhku agar terlibat dalam masalah ini. Jadi ini juga masalah bagi tempat kami. Saudara Bao yang baik, kamu beritahukan aku dan aku besok bisa membantumu dengan sedikit berbicara di hadapan kaisar," kata Yang.

Mendengar ia memohon dengan sungguh-sungguh, Bao merasa kasihan padanya dan berkata, "Besok kamu menemui kaisar dan melaporkan bahwa aku telah menanyai hantu wanita bernama Kou Zhu dari istana Jinhua yang menderita ketidakadilan. Aku telah mengadakan upacara agar arwahnya tenang di dunia sana. Kelak ia tidak akan menghantui istana lagi." Yang sangat berterima kasih kepada Bao seakan-akan menghormati dewa dan tidak berani berkata merendahkannya lagi.

Setelah meninggalkan istana Yuzhen, Bao kembali ke ruang pertemuan lalu menceritakan kepada Perdana Menteri Wang Qi tentang kejadian di istana tadi. Tak berapa lama kaisar mengadakan pertemuan; Bao dan Yang satu per satu memberikan laporan mereka. Mereka hanya melaporkan arwah penasaran tersebut meminta diadakan upacara agar tenang di alam sana, tetapi tidak menceritakan hal lainnya. Kaisar sangat senang dan menjadi lebih percaya pada kisah kasus pot hitam. Lalu ia mengangkat Bao Zheng menjadi kepala daerah (prefek) prefektur Kaifeng dan memberikannya gelar "Sarjana Yin dan Yang". Bao kemudian berterima kasih kepada kaisar. Dari gelar "Yin dan Yang" ini tersebar luas di antara orang-orang bahwa Bao juga mengadili para hantu; di siang hari ia mengadili orang hidup (yang) dan di malam hari mengadili orang mati (yin).

Sebelum pergi menjalankan jabatan barunya, Bao terlebih dahulu memberikan penghormatan kepada Perdana Menteri Wang yang sangat mengaguminya dan juga berterima kasih kepada bhiksu Liao Ran. Di prefektur Kaifeng ia tiap hari mengadili kasus-kasus. Tak lama kemudian ia menyuruh Bao Xing pulang ke kampung halamannya mengirimkan surat kepada keluarganya dan menyampaikan penghormatan kepada Guru Ning; kemudian pergi ke desa Yinyi menyampaikan surat untuk mengabarkan keberhasilannya menjadi pejabat di Kaifeng dan bermaksud mengadakan pernikahan dengan putri Tuan Li. Bao Xing pun pergi melaksanakan perintah tuannya pada hari itu juga.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun