Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 6)

11 Februari 2018   09:05 Diperbarui: 31 Maret 2018   20:17 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kasus ini seperti cerita bohong yang tidak masuk akal. Saya benar-benar sulit mempercayainya," kata Wang. Bao menjawab, "Meskipun tidak masuk akal, tetapi hal ini benar-benar terjadi. Sejak zaman dahulu banyak roh orang yang menderita ketidakadilan. Mereka banyak yang bergantung pada benda mati untuk mengadukan ketidakadilan yang dialaminya. Apakah semuanya adalah cerita bohong yang tidak masuk akal? Jika seseorang mengadili kasus dengan adil demi kepentingan rakyat, bagaimana mungkin ia menggunakan kata-kata 'cerita bohong yang tidak masuk akal' lalu mengabaikan kasus tersebut? Bukankah ini menyebabkan roh tersebut menderita ketidakadilan di dunia sana. Apalagi saya bukan orang yang mempelajari ilmu klenik dan ini bukan kasus yang berhubungan dengan klenik."

Wang mendengar kisah Bao sangat menarik dan dalam hati mengagumi kejujuran dan kesungguhan Bao. Ia segera memerintahkan mempersiapkan kuda dan mengundang Bao ke kediamannya. Sesampainya di kediaman perdana menteri, semua orang yang melihat di belakang tandu tuan mereka ada seorang pendeta Taois bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Kemudian perdana menteri menyuruh Bao bermalam di ruang baca.

Keesokan paginya pada pertemuan pagi, Wang menyuruh Bao berganti pakaian seorang kepala daerah kabupaten lalu terlebih dahulu menunggu di ruang pertemuan. Ketika gong dipukul tiga kali, kaisar masuk ke aula istana. Perdana Menteri Wang maju ke depan memberikan laporan kepada Kaisar Renzong. Kaisar pun berkata, "Segera umumkan agar dia masuk." Bao menaiki tangga emas lalu bersujud tiga kali. Kaisar melihatnya sama persis dengan orang yang muncul dalam mimpinya dan hatinya sangat gembira. Lalu ia bertanya mengapa Bao berhenti dari jabatannya. Bao menceritakan bagaimana ia mengadili kasus pot hitam sehingga menyebabkan tersangka meninggal sewaktu dihukum tanpa sedikit pun menyembunyikan sesuatu, satu per satu dilaporkan kepada kaisar. Wang merasa khawatir jika keterusterangan Bao akan menyebabkan kemarahan kaisar.

Siapa sangka kaisar bukan hanya tidak menyalahkan, tetapi juga berkata, "Karena kamu dapat memecahkan kasus pot hitam dan menegakkan keadilan bagi hantu yang mengadukan ketidakadilan, pasti kamu juga bisa menaklukkan roh jahat yang menghantui istana. Saat ini dalam Istana Yuzhen ada hantu yang menangis setiap malam dan sangat mengganggu ketenangan istana. Aku tidak tahu ini siluman mana. Aku menugaskan kamu untuk menaklukkan hantu tersebut." Kemudian kaisar menyuruh Wang dan para menteri lainnya menunggu perintah selanjutnya. Kaisar sendiri menyuruh kasim istana Yang Zhong membawa Bao ke dalam istana Yuzhen.

Yang Zhong ini memiliki ilmu silat yang bagus dan sangat pemberani. Oleh sebab itu orang-orang memanggilang "Yang si Pemberani". Ia diberikan sebilah pedang bermata dua atas perintah kaisar untuk berkeliling mengawasi istana setiap malam. Hari ini ia diperintahkan untuk menerima Bao masuk istana, namun ia memandang rendah Bao dengan menanyakan marga dan namanya lalu memanggilnya "Lao Hei" (si tua hitam) dan "Lao Bao" (si tua Bao). Sesampainya di pintu gerbang Zhao De [Kebajikan Terang], ia berkata, "Masuklah ke dalam pintu gerbang ini, persis di dalamnya ada halaman istana. Tidak disangka kamu pejabat tingkat tujuh memiliki keberuntungan ini! Hari ini mendapatkan hati kaisar dan ditugaskan masuk istana. Kelak ketika kamu pulang ke kampung halaman pasti membanggakan diri kepada orang-orang, bukankah demikian, Lao Hei?" Tetapi Bao sedikit pun tidak menggubrisnya. "Kenapa kamu tidak menjawab?" protes Yang Zhong.

Bao terpaksa menjawab. "Ya, benar." Yang melanjutkan, "Kamu harus menghargai aku atas semua kerepotan ini. Aku sangat senang bermain dan suka tertawa. Jika kamu orang luar menginginkan kenaikan jabatan, kamu harus memandang aku juga." Akhirnya keduanya sampai di pintu gerbang Feng You [Phoenix Barat]. Di dalam para pelayan menyambut kedatangan keduanya. Di antara mereka terdapat seorang kepala pelayan datang mengangkat tangan dan berkata, "Tuan, hari ini apa yang membawa anda ke sini?" "Xin Ku, Xin Ku! Aku membawa orang ini masuk istana Yuzhen atas perintah kaisar untuk menaklukkan siluman. Ini oleh sebab itu adalah tugas resmi pemerintahan atas perintah kaisar. Ketika kami sudah selesai, tidak pasti apakah kembali pada waktu jaga ketiga atau kelima, kalian tidak perlu menjaga pintu gerbang agar tidak merepotkan kalian. Silakan, silakan!" Kemudian ia bersama Bao segera masuk ke istana Yuzhen.

Tampak emas dan permata giok berkilauan dan bercahaya cemerlang ketika mereka sampai di sana dan ini menimbulkan rasa takjub. Bahkan Yang Zhong yang biasanya banyak berbicara dan suka tertawa pun terkesima tidak dapat berkata apa-apa.

Sampai di pintu aula istana, Yang berhenti dan melihat ke arah Bao sambil berkata, "Kamu menerima perintah dari kaisar sendiri. Oleh sebab itu kamu harus masuk ke aula istana mengusir hantu. Aku menunggu di birai pintu ini saja untuk berjaga-jaga." Bao dengan tenang melangkah masuk dengan menyamping. Tiba di aula istana, di tengah-tengahnya terdapat tahta permata. Seketika ia berlutut tiga kali dan bersujud sembilan kali di hadapan tahta kaisar tersebut. Di sampingnya ada sebuah kursi dan ia membungkuk lalu duduk di sana. Melihat hal ini, Yang dalam hati berkata, "Aku tidak seharusnya memandang rendah orang ini. Walaupun hanya pejabat kecil, ia ternyata sangat mengetahui tata krama kerajaan."

Bao terlihat seakan-akan sedang menghadap kaisar dan duduk dengan tegap, penuh perhatian mengembangkan batinnya, matanya tidak menatap ke mana-mana, dan dengan tatapan yang dingin seperti menatap penjahat. Dalam hati Yang berkata, "Tak mengherankan kaisar menyukai orang ini." Pada saat itu menara jaga membunyikan tanda waktu jaga pertama dan tiba-tiba terdengar suara seperti angin berderu. Yang si Pemberani merasa rambut tubuhnya berdiri semua dan segera berdiri mencabut pedangnya. Ia mengayunkan pedangnya beberapa kali lalu kehabisan napas. Oleh sebab itu, ia terpaksa kembali masuk ke dalam istana. Setelah hawa buruk itu menghilang, ia duduk di ambang pintu. Bao yang duduk di dalam diam-diam menertawainya.

Yang sedang kebingungan ketika ia melihat dari halaman istana muncul angin topan yang berputar-putar di sekitar taman bambu dan memporak-porandakan segala sesuatunya. Samar-samar terdengar suara ratapan dari dalam angin tersebut. Bao melihat cahaya pelita tiba-tiba padam. Yang Zhong yang berada di luar tiba-tiba terjatuh dan tak berapa lama kemudian bangkit lagi. Dengan anggun dan luwes seperti wanita, ia berjalan masuk ke dalam aula istana lalu berlutut. Sekarang pelita tiba-tiba kembali menyala dan Bao berpikir Yang sedang mempermainkannya dengan berpura-pura.

Bao bertanya, "Hari ini kamu datang ingin mengadukan ketidakadilan apakah?" Yang dengan suara lemah lembut dan meratap berkata, "Hamba pelayan Kou Zhu, yang sebelumnya bertugas di istana Jinhua. Karena menyelamatkan putra mahkota, hamba mengalami ketidakadilan dan menderita di akhirat selama dua puluh tahun. Hamba menunggu Dewa Bintang datang agar dapat menyelesaikan kasus ini." Lalu ia menceritakan keseluruhan kisah bagaimana selir Liu bersekongkol menghancurkan selir Li waktu itu. Seraya meratap ia berkata, "Sekarang kemalangan yang dialami Nyonya Li akan segera berakhir karena hamba sengaja datang untuk membocorkan rahasia ini. Mohon Tuan diam-diam menyelidiki dengan segala cara dan tidak boleh membocorkannya." Bao mengangguk dan berkata, "Ada kasus berat seperti ini, aku pasti akan menyelidikinya, tetapi kamu harus menghilang tanpa meninggalkan jejak agar tidak membuat kaisar ketakutan." "Hamba akan mengikuti perintah Tuan," kata sang hantu penasaran itu lalu ia bersujud dan keluar untuk duduk kembali di ambang pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun