Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 6)

11 Februari 2018   09:05 Diperbarui: 31 Maret 2018   20:17 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bao segera menunggangi kuda bersama pelayannya menuju ibukota. Suatu hari ketika tiba di depan pintu Kuil Perdana Menteri Agung, Bao merasa pusing dan pandangannya kabur lalu tiba-tiba jatuh dari kudanya. Bao Xing segera turun dari kudanya ketika melihat Bao tiba-tiba kehilangan kesadaran. Ia memanggil tuannya tetapi tidak ada jawaban lalu meratap dengan keras.

Hal ini terdengar sampai ke ruang bhiksu kepala. Ia adalah seorang bhiksu senior yang berlatih Sang Jalan. Namanya ketika masih umat awam adalah Zhuge Sui, setelah menjadi bhiksu nama Buddhis-nya adalah Liao Ran. Pengetahuannya mendalam dan ia memiliki keahlian dalam pengobatan dan astrologi. Mendengar ada suara orang di luar, ia segera keluar. Setelah memeriksa denyut nadinya, ia berkata, "Jangan takut." Setelah mendengar Bao Xing bercerita bagaimana tuannya jatuh dari kuda, ia langsung paham. Liao Ran menyuruh para bhiksu membantu membawa Bao ke kamar di sebelah timur ruang bhiksu kepala. Ia segera meramu obat herbal dan Bao Xing merebusnya dengan penuh kehati-hatian. Setelah meminumkannya, dua hari kemudian barulah Bao berteriak keras dan membuka matanya. Ia melihat cahaya terang dan Bao Xing berdiri di samping serta seorang bhiksu duduk di kursi.

"Ini di mana?" tanya Bao dan Bao Xing menjelaskan bahwa ia telah kehilangan kesadaran beberapa hari dan bhiksu tersebut telah berbaik hati meramu obat untuk menolongnya. Mendengar hal tersebut, Bao berusaha bangun untuk mengucapkan terima kasih, tetapi sang bhiksu menyuruhnya tetap berbaring dengan berkata, "Tidak perlu repot-repot, tenangkan dirimu dan beristirahatlah."

Setelah beberapa hari berlalu, Bao kembali pulih kondisinya seperti sediakala. Segera ia mengucapkan terima kasih kepada sang bhiksu. Apalagi mengetahui bahwa selain memberinya obat untuk dikonsumsi, sang bhiksu juga merawatnya, dalam hati ia sangat berterima kasih. Liao Ran melihat wajah Bao dan langsung mengetahui apa yang telah dialaminya. Kemudian ia menanyakan tanggal lahirnya dan meramalkan Bao akan mengalami kesulitan selama seratus hari, baru setelahnya akan memiliki nasib baik. Ia pun meminta Bao agar tinggal di kuil dan mengganti pakaian sebagai seorang pendeta Taois. Setiap hari jika tidak bermain catur, mereka membaca syair dan saling memuji satu sama lain.

Tak terasa tiga bulan pun berlalu. Suatu hari Liao Ran meminta Bao menuliskan kata-kata: "Di Musim Dingin Membaca Kitab Mengharapkan Kesejahteraan bagi Negeri dan Rakyat" lalu menyuruh seorang bhiksu menempelkannya pada kedua sisi pintu masuk kuil. Karena tidak ada kegiatan, Bao keluar bersama Liao Ran melihat tempelan tersebut. Tampak dari samping datanglah seorang tukang masak yang tangannya membawa keranjang makanan. Sampai di depan kuil, ia melihat Bao berulang kali dari atas sampai ke bawah. Ketika melihat Bao masuk ke dalam kuil, ia berlari seakan-akan terbang. Namun Bao tidak mempedulikannya dan berjalan masuk ke kuil.

Orang itu adalah utusan Perdana Menteri Wang Qi yang menyamar menjadi tukang masak. Ini karena perdana Mentri Wang mengeluarkan perintah kerajaan untuk mencari seseorang yang muncul dalam mimpi kaisar. Kaisar menggambar orang tersebut dalam sebuah lukisan dan secara khusus menugaskan perdana menteri dengan diam-diam mencari orang tersebut. Perdana menteri kemudian menyuruh pelukis menggambar beberapa lukisan yang sama persis dan menugaskan Yu Hou, pelayannya, mengirim para utusan ke setiap penjuru untuk secara diam-diam mencari orang dalam lukisan itu.

Tak disangka hari ini salah seorang utusan melewati Kuil Perdana Menteri Agung dan tanpa sengaja bertemu dengan Bao. Maka ia segera berlari melaporkan hal ini kepada Yu Hou. Ketika menerima kabar ini, Yu Hou mulanya tidak percaya. Bersama-sama utusan tersebut, ia segera pergi ke kuil dan mencari ke semua ruangan. Ketika sampai di ruang bhiksu kepala, ia melihat seseorang sedang bermain catur dengan sang bhiksu senior. Setelah diperhatikan dengan seksama, penampilannya sama persis dengan orang dalam lukisan kerajaan. Ia dalam hati sangat terkejut dan segera kembali ke kediaman perdana menteri untuk melapor kepada atasannya.

Ketika mendengarnya, Wang segera memerintahkan tandu membawanya ke Kuil Perdana Menteri Agung untuk bersembahyang. Wang yang menjalankan perintah kaisar untuk mencari orang dalam lukisan kaisar tidak berani menunda-nunda; selain itu, mencari orang berbakat untuk kerajaan adalah sangat sulit. Tak lama kemudian ia sampai di kuil. Samanera muda yang mendengar kedatangan perdana menteri segera menuju ruang bhiksu kepala untuk memberitahu bhiksu senior. Liao Ran sedang bermain catur dengan Bao dan menolak untuk menemui perdana menteri.

Tetapi Bao berkata, "Sebaiknya Guru menyambutnya." Liao Ran menjawab, "Bhiksu tua ini tidak berurusan dengan pejabat yang berpengaruh, untuk apa menyambutnya?" "Walaupun demikian, ia adalah seorang pejabat yang taat. Menyambutnya juga tidak menodai nama baik Guru." "Dia datang ke sini tidak untuk bertemu denganku, tetapi takutnya ada sesuatu yang berhubungan dengan dirimu," kata sang bhiksu sambil berdiri lalu keluar menyambut tamunya.

Di aula utama ia duduk bersama perdana menteri. Setelah menuangkan teh, Wang bertanya, "Kuil ini memiliki berapa orang bhiksu dan berapa orang pendeta Taois? Saya mempunyai sebuah ikrar untuk mendanakan sepasang sepatu dan kaos kaki kepada masing-masing orang. Aku sendiri yang akan memberikannya langsung." Liao Ran kemudian menyuruh para bhiksu satu per satu datang menerima dana itu. Tidak melihat orang yang dicari, Wang bertanya, "Apakah sudah selesai? Apakah kuil anda masih ada orang lagi?" "Masih ada satu orang lagi, tetapi ia tidak akan menerima sepasang sepatu dan kaos kaki. Jika ingin bertemu dengan orang ini, Tuan harus menggunakan tata krama menemuinya." "Apakah ini merepotkan Tetua untuk memperkenalkan kami?"

Liao Ran pun membawa Wang ke ruang bhiksu kepala. Bao berdiri di dekat jendela melihat keduanya datang. Ia tidak bisa menghindar lagi dan tidak ada pilihan selain mengangkat tangannya dan berkata, "Saya pejabat yang telah dipecat memberi hormat kepada Tuan." Wang melihat penampilan Bao dengan seksama dan menemukan ia tidak berbeda sedikit pun dengan gambar yang dibuat kaisar dalam lukisan kerajaan. Ia sangat terkejut dan segera mempersilakannya duduk seraya bertanya, "Siapakah kamu?" "Saya pejabat yang dipecat Bao Zheng, yang sebelumnya bertugas di kabupaten Dingyuan," jawab Bao yang kemudian menceritakan kasus pot hitam yang menyebabkannya dipecat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun