Tuan Li mendengar Bao tidak berani menyetujui. Ia tersenyum lalu dari kantong lengan bajunya mengeluarkan selembar kertas kuning dan memberikannya kepada Bao dengan berkata, “Tuan muda lihat tulisan ini. Tuan tidak perlu mengelak lagi.” Bao Zheng melihat sejenak lalu muka memerah dan marah. Ia dalam hati berpikir, “Tadi malam aku teralihkan, siapakah yang menuliskan tulisan ini?” kemudian berpikir lagi, “Dulu sewaktu kecil di gunung bertemu hujan, pernah bertemu dengan seorang gadis yang tak lain adalah siluman rubah yang sedang menghindari bencana. Tak disangka ia berkali-kali menyelamatkanku dan ingin membalas budi.”
Bao Xing berada di sampingnya, tidak tahan ingin menyetujui hal ini, tetapi tidak berani menyela pembicaraan. Tuan Li melihat Bao Zheng berguman tidak berbicara apa pun, maka berkata, “Tuan muda tidak perlu bergumam. Menurut saya ini bukan ulah siluman, tetapi sesungguhnya tuan muda telah mengikat jodoh dengan datang ke sini. Jelas bahwa segala sesuatu pasti ada alasannya, tidak perlu berpikir yang tidak masuk akal.” Bao Zheng pun berkata, “Saya tidak berani menerima kebaikan tuan, hanya saja harus memberitahukan keluarga dulu: setelah selesai mengikuti ujian negara, pulang ke rumah memberitahukan orang tua, kakak dan kakak ipar, baru kemudian datang melamar.” Tuan Li mendengar Bao menyetujui, dalam hati merasa gembira, dan berkata, “Jika demikian, saya setuju. Berharap tuan muda tidak mengingkari janji, saya menunggu kabar baiknya kemudian.”
Setelah berkata demikian, mempersiapkan meja dan kursi, menyajikan makanan dan minuman, Tuan Li secara pribadi menjamu Bao Zheng. Sambil minum arak, mereka membicarakan beberapa hal tentang mengatur keluarga dan pemerintahan. Bao Zheng dapat memahami dengan baik. Mereka membicarakan tentang kitab-kitab klasik sehingga membuat Tuan Li gembira tidak ingin melepaskan kedua orang itu pergi. Ia menyuruh mereka berdua tinggal tiga hari lagi.
Tiga hari kemudian mereka mempersiapkan tas perjalanan, kuda, pakaian dan biaya perjalanan, dan menugaskan Li Bao menemani sampai ke ibukota. Bao Zheng setelah memohon diri kepada Tuan Li kemudian berangkat. Bao Xing saat ini sangat bergembira dan semangatnya telah kembali. Li Bao memasang pijakan kaki pada kuda, kemudian Bao Zheng menunggangi kuda. Li Bao melayani segala sesuatunya sebagai pelayan dengan sangat berhati-hati. Akhirnya pada suatu hari mereka tiba di ibukota. Masalah mencari tempat tinggal, semuanya telah diatur oleh petugas Kementerian Kepegawaian, sehingga Bao Zheng tidak perlu khawatir lagi dan dengan tenang menghadapi ujian.
Dikatakan bahwa pemerintah Dinasti Song sejak wafatnya Kaisar Zhenzong, ketika Kaisar Renzong naik tahta, telah mengangkat Selir Liu menjadi ibu suri, menjadikan wanita bermarga Pang sebagai permaisuri, mengangkat Guo Huai sebagai kepala pengurus istana, dan ayah mertua kaisar bernama Pang Ji sebagai guru besar kerajaan. Pang Ji adalah seorang pejabat yang suka mencemarkan nama baik orang lain sementara menjilat orang lain. Memanfaatkan kekuasaannya sebagai ayah mertua kaisar, ia sering mengancam para pejabat. Ia juga orang yang suka mendukung orang-orang kaya dan berkuasa dan membentuk kroni sendiri. Mengambil keuntungan dari para menteri yang masih muda, ia diam-diam menggunakan kekuasaan tak terbatas. Namun demikian, Kaisar Renzong yang sejak kecil mengalami banyak kesulitan, ternyata seorang penguasa yang bijaksana. Istana dibantu oleh para pejabat senior di kiri dan kanannya, para pejabat yang jujur menjabat seperti masa lampau, sehingga Pang Ji tidak dapat berbuat macam-macam. Demikianlah pemerintahan istana menjadi kokoh dan tidak mengalami kekacauan.
Karena ujian tingkat ibukota sudah dekat, atas perintah kerajaan, guru besar Pang Ji menjadi pemimpin ujian. Oleh sebab itu, satu per satu para peserta ujian dengan menggunakan koneksi pribadi agar bisa lulus ujian. Hanya Bao Zheng seorang yang bergantung pada kemampuannya sendiri. Setelah mengikuti ujian tiga kali, ketika diumumkan hasilnya, karena tidak memiliki koneksi pribadi, Bao Zheng menjadi sarjana lulusan ujian negara urutan keduapuluh tiga dan tidak bisa masuk dalam akademisi Hanlin**. Berdasarkan perintah kerajaan ia diumumkan menjadi pejabat kepala daerah di kabupaten Dingyuan dalam prefektur Fengyang.
Setelah menerima perintah kerajaan, Bao Zheng merapikan barang bawaannya dan segera meninggalkan ibukota. Sebelumnya ia pulang ke rumah mengunjungi orang tua, kakak dan kakak ipar, memberitahukan bahwa dalam perjalanan bertemu kesulitan dan tentang masalah pernikahan dengan anak perempuan Tuan Li. Tuan besar Bao dan istrinya terkejut sekaligus senang kemudian memilih hari baik untuk memberikan persembahan kepada leluhur. Mereka juga memberikan penghormatan dan berterima kasih kepada guru Ning. Setelah beberapa hari, Bao memohon diri kepada orang tua, kakak dan kakak iparnya, membawa Li Bao dan Bao Xing pergi menduduki jabatan di Dingyuan. Sampai di perbatasan Dingyuan, Bao Zheng menyuruh Li Bao menggadaikan barang bawaan dan pelan-pelan berjalan. Ia sendiri bersama-sama Bao Xing berganti pakaian untuk menyelidiki kondisi daerah itu diam-diam.
Suatu hari Bao Zheng dan Bao Xing diam-diam memasuki Dingyuan dan berhenti untuk mencari rumah makan. Ketika mereka sedang makan, dari luar masuklah seseorang. Pelayan menyambutnya berkata, “Tuan, silahkan!” Orang itu duduk pada sebuah meja, pelayan menyediakan dua botol arak, membawakan dua buah cangkir. Orang itu berkata, “Saya hanya sendiri, mengapa membawakan dua botol arak dan dua buah cangkir?” Pelayan itu menjawab, “Baru saja di belakang tuan, ada seseorang datang bersama-sama. Kepalanya mengeluarkan banyak darah. Saya mengira anda menengahi perkelahian dan menyelesaikan masalah. Entah kenapa orang itu tidak terlihat lagi? Atau mungkin saya salah melihat, juga tidak tahu.”
(Bersambung)
Catatan Kaki:
* Kementerian Kepegawaian (Li Bu) adalah salah satu dari enam kementerian yang ada dalam sistem birokrasi Cina kuno, yang bertugas dalam hal penunjukan, penilaian, promosi jabatan, dan pemecatan pejabat pemerintahan serta pemberian gelar kehormatan.