Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 4)

24 Juli 2016   09:32 Diperbarui: 11 Februari 2018   09:22 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bao menceritakan bagaimana ia dalam perjalanan ke ibukota untuk mengikuti ujian negara bertemu dengan bencana dan tidak dapat menghindar. Tuan Li setelah mendengarnya mengetahui ternyata ia adalah seorang sarjana yang bertemu kesialan. Ia berkata dalam hati, “Kamu lihat ia berbicara jujur, sesungguhnya ia orang yang setia, tetapi tidak tahu bagaimana pengetahuannya.” Kemudian Tuan Li memastikan dengan menanyakan tentang beberapa bahan pelajaran. Bao Zheng yang ditanya satu hal dapat menjawab sepuluh hal, menunjukkan bahwa ia sarjana yang berpengetahuan dari keluarga yang terpandang. Tuan Li sangat gembira dan diam-diam berkata dalam hati, “Melihat pemuda ini pembawaannya luar biasa, juga memiliki pengetahuan yang demikian, kelak pasti karakternya di atas orang-orang.”

Setelah berbincang-bincang tak lama, ia meninggalkan sementara Bao Zheng, dan memerintahkan Li Bao: “Baik-baiklah melayani tuan muda Bao, jangan lalai. Setelah malam biarkan mereka tidur di ruang baca saja.” Setelah berkata demikian, ia pergi masuk ke dalam kamarnya. Semua masalah tentang menangkap siluman sepatah kata pun tidak dibicarakan.

Tak disangka orang suruhan Nyonya Li diam-diam memberitahukan Li Bao agar meminta Bao Zheng masuk ke dalam kamar Nona Li guna menangkap siluman. Saat ini Nona Li sudah dipindahkan ke kamar Nyonya Li.

Li Bao bertanya, “Tuan muda menggunakan barang apa? Segera dipersiapkan saja.” Bao Xing menjawab, “Menggunakan tiga buah meja dan sebuah kursi, meja dan kursi itu diatur secara melingkar, di dalam kamar nona untuk membuat altar. Juga menggunakan batu cinnabar (merkuri sulfida), alat tulis baru, kertas kuning, pedang bermata ganda, tempat dupa, tempat lilin, semuanya harus yang bersih. Tunggu tuan muda saya menentukan sisanya. Kami berdua akan naik ke atas altar.”

Li Bao mengiyakan dan segera pergi. Tak lama kemudian, ia kembali dan memberitahukan Bao Xing: “Semuanya telah dipersiapkan.” Bao Xing berkata, “Jika semua sudah siap, perintahkan mereka pergi ke kamar Nona Li. Kalian semua membantu saya mendirikan altar.” Li Bao menyuruh orang mengangkat meja dan memindahkan kursi, sedangkan peralatan lainnya semuanya dibawanya sendiri. Ia mempersilahkan Bao Xing bersama-sama menuju kamar Nona Li.

Tercium aroma wangi di dalam kamar, di tengah ruangan telah tersedia dua buah meja, kemudian sebuah meja diletakkan di depan meja lain dan kursi diletakkan di depan meja. Setelah meja dan kursi disusun melingkar, kemudian mereka menyusun tempat dupa dan tempat lilin serta meletakkan barang-barang seperti batu tinta, alat tulis, kertas, dan pedang bermata ganda di atas altar. Setelah mempersiapkan peralatan, Bao Xing bersama dengan Li Bao keluar dari kamar nona dan segera pergi ke ruang belajar. Ia menyuruh Li Bao tidak pergi jauh dan menunggu dipanggil, baru segera datang. Li Bao mengiyakan.

Bao Xing langsung masuk ruang belajar. Saat itu waktu jaga pertama (sekitar jam 7-9 malam). Siapa sangka Bao Zheng merasa kelelahan setelah semalaman mengadakan perjalanan jauh, walaupun tidak berbaring dengan tenang, ia pun tertidur. Bao Xing melihat hal tersebut dan berkata, “Tuan muda kami setelah makan kenyang langsung tertidur, tidak malu makan dan tinggal di sini.”

Ia mendekati Bao Zheng dan memanggil, “Tuan muda.” Bao Zheng terbangun dan berkata, “Kamu datang tepat waktu, sekarang cepat pergi tidur.” Bao Xing berkata, “Tuan bagaimana mau tidur? Kita bukankah datang untuk menangkap siluman?”

Bao Zheng menjawab, “Dasar anjing, itu bukankah kamu yang mengaturnya! Saya tidak bisa menangkap siluman.” Bao Xing berkata, “Tuan pikir-pikir dulu, saya sudah menghabiskan banyak biaya mencarikan tuan tempat menginap ini, juga bisa makan makanan enak dan minum arak bagus di sini. Setelah makan dan minum, langsung mau tidur, maka orang-orang akan mengatakan ‘Mendapatkan kebaikan yang tidak layak, makan tidur tidak tenang’. Tuan bagaimana bisa langsung pergi? Kita kenapa tidak pergi ke kamar nona melihat dulu? Ini bergantung pada pembawaan tuan. Jika bisa menaklukkan siluman itu, bukankah ini akan memuaskan kedua belah pihak?”

Apa yang dikatakan Bao Xing ini menggerakkan hati Bao Zheng. Selain itu ia sendiri juga tidak percaya siluman dan ingin melihat-lihat. Ia akhirnya berkata, “Baiklah, mengikuti kekacauan yang kamu sudah lakukan saja.” Bao Xing melihat Bao Zheng bangkit, segera berseru, “Cepat nyalakan pelita!” Terdengar dari luar suara keras menjawab, “Sudah siap!”

Bao Zheng keluar dari ruang belajar. Li Bao membawa pelita di depan memandu jalan. Mereka masuk kamar nona melihat lilin sudah menyala dengan mengagumkan, meja dan kursi telah dipersiapkan dan disusun rapi. Dalam hati Bao Zheng mengetahui ini adalah perbuatan Bao Xing. Ia melangkah ke dalam kamar dan mendengar Bao Xing memerintahkan Li Bao dengan berkata, “Semua orang yang tidak berkepentingan harap mundur agar tidak ada orang yang mengintip.” Li Bao pun mengundurkan diri keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun