Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dhammacakkappavattana Sutta: Ajaran Pertama Sang Buddha (bagian 2)

20 Juli 2011   13:30 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:23 3884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu Sang Buddha juga memuji Kondañña yang telah memahami Empat Kebenaran Mulia ini dengan mata Dhamma. Oleh sebab itu, Kondañña dikenal juga sebagai Aññāta Kondañña (Kondañña yang memahami).

Kemudian Kondañña meminta untuk ditahbiskan sebagai bhikkhu dan Sang Buddha menahbiskannya dengan kata-kata: "Datanglah, O bhikkhu. Dhamma telah diajarkan dengan baik. Jalankanlah kehidupan suci demi pelenyapan penderitaan sepenuhnya." Demikianlah Kondañña menjadi bhikkhu pertama dalam sejarah agama Buddha.

Tak lama kemudian, setelah mendengarkan uraian Dhamma dari Sang Buddha, dua orang pertapa lainnya, Vappa dan Bhaddiya, memperoleh Mata Dhamma dan meminta untuk ditahbiskan sebagai bhikkhu juga. Mereka pun ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan perkataan "Datanglah, O bhikkhu." Demikian juga, Mahanama dan Assaji, dua orang pertapa sisanya, mencapai kesucian batin Sotapanna dan ditahbiskan sebagai bhikkhu dengan cara yang sama. Maka pada saat itu telah ada 5 orang bhikkhu di dunia ini dan perkumpulan para siswa yang telah mencapai kesucian batin (Ariya Sangha) telah terbentuk. Lengkaplah Tiga Permata: Buddha, Dhamma, dan Sangha.

Lima hari kemudian Sang Buddha memberikan kotbah kedua-Nya yang diberi nama Anattalakkhana Sutta (Kotbah tentang Karakteristik Bukan Aku)  kepada lima orang bhikkhu pertama ini. Setelah mendengarkan kotbah ini, kelima bhikkhu mencapai tingkat kesucian Arahat. Namun kita akan membahas isi kotbah kedua Sang Buddha ini pada kesempatan lain.

Penutup

Demikianlah, ajaran pertama Sang Buddha yang dikotbahkan kepada lima pertapa lebih dari 2500 tahun yang lalu di Taman Rusa di Isipatana, Benares. Ajaran ini berisi tentang Jalan Tengah atau Jalan Mulia Berunsur Delapan untuk menghindari kedua ekstrem praktek kehidupan yang salah dan membawa pada tujuan akhir, Nibbana, dan Empat Kebenaran Mulia yang menunjukkan hakekat kehidupan ini yang tidak menyenangkan dan sebabnya serta jalan atau solusi untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Tentu saja, ajaran kebenaran ini tidak hanya untuk dibaca atau direnungkan saja, tetapi untuk dijalankan dalam kehidupan kita sehari-hari agar tercapai kebahagiaan yang diharapkan semua orang.

Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat awam di zaman modern ini, Kebenaran Mulia Pertama menunjukkan pada kita bahwa terdapat masalah kehidupan yang timbul dari perubahan-perubahan dalam kehidupan yang tidak kita harapkan. Kebenaran Mulia Kedua menunjukkan bahwa sebab masalah kehidupan tersebut adalah keinginan atau harapan yang berlebihan terhadap kehidupan, hanya mengharapkan hal-hal yang menyenangkan saja yang terjadi dalam kehidupan kita. Kebenaran Mulia Ketiga menyatakan bahwa terdapat kebahagiaan jika kita bisa mengatasi harapan kita yang berlebihan tersebut. Akhirnya, Kebenaran Mulia Keempat menyatakan solusi mengatasi permasalahan kehidupan tersebut, yang tercermin dari Jalan Tengah di mana kita menghindari melekat pada kesenangan indera dan pada sisi lain menghindari penyiksaan diri yang tidak perlu.

Selamat Hari Asadha 2555 BE/2011. Semoga kebenaran mulia yang diajarkan Sang Guru dapat menjadi pegangan hidup kita semua dalam mengarungi lautan kehidupan ini hingga akhirnya tiba di Pantai Bahagia. Semoga semua makhluk berbahagia.

Sumber:

1. Dhammacakkappavattana Sutta dalam The Buddha and His Teaching oleh Ven. Narada Mahathera.

2. The Wheel of Dhamma (Dhammacakkappavattana Sutta) oleh Ven. Mahasi Sayadaw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun