Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dhammacakkappavattana Sutta: Ajaran Pertama Sang Buddha (bagian 2)

20 Juli 2011   13:30 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:23 3884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara singkat, penderitaan berasal dari kemelekatan pada jasmani dan batin, yang disebut lima kelompok kehidupan. Lima kelompok kehidupan merupakan lima unsur yang membentuk kehidupan semua makhluk, yang terdiri atas kelompok jasmani (rupa), perasaan (vedana), pencerapan atau persepsi (sañña), bentuk-bentuk pikiran (sankhara), dan kesadaran (viññana). Empat kelompok terakhir membentuk apa yang disebut batin atau pikiran.

Kelompok jasmani merupakan tubuh kita yang dapat dilihat dan dirasakan secara fisik. Menurut filsafat Buddhis (Abhidhamma), tubuh fisik terbentuk dari empat unsur utama, yaitu unsur padat, cair, panas, dan gerak. Unsur padat terlihat pada bagian tubuh yang padat seperti daging, otot, dan tulang; unsur cair terlihat pada bagian tubuh berbentuk cairan seperti darah, nanah, dan ingus; unsur panas memberikan energi dan vitalitas pada tubuh yang terlihat dari suhu dan panas tubuh; unsur gerak memberi pergerakan pada tubuh dan fungsi pernapasan adalah salah satu contohnya. Dalam tubuh jasmani inilah terdapat pancaindera yang menjadi sarana hubungan atau kontak antara batin dengan dunia luar, yaitu objek-objek pancaindera tersebut.

Kelompok perasaan merupakan semua perasaan yang menyenangkan, tidak menyenangkan maupun netral yang timbul dari kontak antara indera dengan objeknya. Kelompok pencerapan merupakan fungsi mental yang mengenali objek yang ditanggapi oleh indera; di sinilah seseorang dapat mengingat suatu objek dengan ingatannya. Kelompok bentuk-bentuk pikiran merupakan semua bentuk mental yang timbul karena kontak indera dengan objeknya, seperti kehendak, dorongan mental, pemikiran, gagasan, keyakinan, kebijaksanaan, keinginan, keserakahan, dan kebencian. Dari bentuk-bentuk pikiran inilah hukum karma bekerja dan memberikan akibat sesuai dengan baik atau buruknya bentuk pikiran tersebut. Kelompok kesadaran merupakan fungsi mental yang mengetahui sepenuhnya objek tersebut. Dalam hal ini antara kesadaran dan faktor mental lainnya (perasaan, pencerapan, dan bentuk-bentuk pikiran) adalah tidak terpisahkan dan berkaitan satu sama lainnya, seperti buah apel yang tidak dapat dibedakan dari atribut-atributnya seperti bau, bentuk, dan warnanya. Keempat kelompok mental inilah membentuk keseluruhan dunia psikologis kita.

Melekat pada jasmani, seseorang menganggap jasmani sebagai aku, diriku, milikku; berharap jasmani tersebut kekal dan tidak berubah. Ketika jasmani ini berubah, melapuk karena usia tua, diliputi penyakit, dan dihantui kematian, seseorang yang melekat padanya tidak dapat menerima hal ini, maka timbul penderitaan. Demikian pula, melekat pada perasaan, seseorang menganggap perasaan sebagai aku, diriku, miliki; berharap perasaan yang menyenangkan selalu timbul dan tidak mengharapkan timbulnya perasaan yang tidak menyenangkan. Namun saat perasaan yang tidak menyenangkan timbul, perasaan yang menyenangkan lenyap, maka seseorang yang melekat pada perasaan merasakan penderitaan. Demikian juga hal yang sama berlaku untuk pencerapan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran.

Di sini lima kelompok kehidupan merupakan objek dari kemelekatan (upadana) itu sendiri. Kemelekatan atau keterikatan itulah yang menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan atau tidak memuaskan yang kita sebut penderitaan. Pemuasan kesenangan indera juga berasal dari kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan ini. Bagi mereka yang tercerahkan (para Buddha dan Arahat), walaupun memiliki batin dan jasmani dalam kehidupan terakhirnya sebelum mencapai Nibbana yang sempurna (Parinibbana), tidak terdapat kemelekatan terhadap lima kelompok kehidupan lagi. Oleh sebab itu, penderitaan tidak timbul dalam diri mereka; meskipun mereka masih merasakan penderitaan fisik karena sakit, luka, dan sejenisnya, tetapi batin mereka tetap seimbang dan tidak terpengaruh.

"Dari kemelekatan timbul kesedihan, dari kemelekatan timbul ketakutan; bagi orang yang telah bebas dari kemelekatan, tiada lagi kesedihan maupun ketakutan." (Dhammapada syair 214)

Kebenaran Mulia tentang Sebab Penderitaan

Keinginan yang menyebabkan kelahiran kembali dan disertai nafsu dan kemelekatan adalah sumber penderitaan atau permasalahan kehidupan ini. Terdapat tiga jenis keinginan, yaitu keinginan terhadap kesenangan indera, keinginan terhadap kelangsungan, dan keinginan terhadap pemusnahan diri.

Keinginan terhadap kesenangan indera meliputi semua jenis keinginan terhadap objek-objek yang menyenangkan bagi indera kita, seperti bentuk yang indah, suara yang merdu, rasa yang enak, sentuhan yang menyenangkan, dan seterusnya, yang menimbulkan pemuasan nafsu-nafsu indera. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan atau kegelapan batin yang menganggap objek-objek tersebut adalah kekal dan menyenangkan dan oleh sebab itu dianggap sumber kebahagiaan.

Keinginan terhadap kelangsungan merupakan keinginan yang didasari oleh pandangan tentang adanya suatu diri yang kekal yang akan tetap ada setelah kematian (eternalisme). Dalam hal ini, seseorang memuaskan keinginannya agar dirinya tetap dapat menikmati kesenangan indera tersebut pada masa yang akan datang, bahkan setelah kematian. Keinginan untuk terus hidup nyawan dan mewah, terlahir kembali sebagai manusia, terlahir di alam surga termasuk keinginan jenis ini.

Keinginan terhadap pemusnahan diri berhubungan pandangan nihilisme bahwa segala sesuatu lenyap setelah kematian. Karena pandangan ini, seseorang menganggap kehidupan ini hanya sekali dan cenderung mencari kesenangan indera yang ada saat ini karena tidak mau kehilangan kesempatan memuaskan keinginannya tersebut di masa yang akan datang. Kasus orang-orang yang bunuh diri karena suatu masalah yang tidak terpecahkan juga termasuk keinginan jenis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun