Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pertemuan Dua Sahabat

10 Agustus 2024   06:55 Diperbarui: 10 Agustus 2024   07:24 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pagi itu, Jumat yang cerah di Stadion Pahoman, dua sahabat lama, Pak Erjati dan Pak Hartawan, bertemu kembali setelah sekian lama. Udara pagi yang segar dan sinar matahari yang lembut membuat suasana stadion terasa begitu hidup.

Pak Erjati, yang kini sudah beruban, mengenakan jaket olahraga favoritnya dan topi baseball yang sedikit usang, tanda bahwa topi itu sering ia pakai saat berjalan-jalan pagi. Sementara itu, Pak Hartawan, dengan senyum lebar di wajahnya, terlihat lebih santai dengan kaos oblong dan celana olahraga.

"Wah, Pak Erjati! Sudah berapa lama kita tidak bertemu?" sapa Pak Hartawan sambil menjulurkan tangan.

Pak Erjati membalas dengan erat, "Hartawan! Ah, rasanya seperti kemarin kita masih sering berlari di sini. Tapi lihat sekarang, aku lebih banyak jalan santai," ujarnya sambil tertawa kecil.

Mereka mulai berjalan bersama mengitari lapangan, mengenang masa-masa muda mereka ketika masih aktif bermain bola dan mengikuti lomba lari di stadion ini. Pak Erjati bercerita tentang anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa, sementara Pak Hartawan bercerita tentang kesibukannya yang membuatnya jarang bisa berolahraga lagi.

"Stadion ini nggak banyak berubah ya, hanya kita yang berubah," kata Pak Hartawan sambil memandangi tribun yang dulu sering dipenuhi penonton saat mereka bertanding.

"Betul sekali. Tapi meski kita jarang bertemu, persahabatan kita tetap abadi. Stadion ini menjadi saksi banyak kenangan kita," balas Pak Erjati sambil tersenyum.

Mereka pun melanjutkan obrolan, berbagi cerita dan tawa, seolah-olah tidak ada waktu yang pernah memisahkan mereka. Di tengah-tengah kesibukan hidup, momen seperti ini menjadi pengingat betapa berharganya persahabatan yang sejati. Hari itu, di Stadion Pahoman, Pak Erjati dan Pak Hartawan merasakan kembali hangatnya kebersamaan yang pernah mereka miliki.

Setelah mengitari stadion dan berbincang-bincang, Pak Erjati dan Pak Hartawan memutuskan untuk beristirahat sejenak di bangku yang teduh di tepi lapangan. Angin sepoi-sepoi menerpa wajah mereka, memberi sedikit kesejukan setelah berjalan cukup lama. 

"Tahu nggak, Erjati, aku jadi kangen makan soto di warung sebelah stadion ini. Kita sering mampir dulu, kan?" ujar Pak Hartawan sambil mengusap keningnya yang sedikit berkeringat.

"Benar juga, Hartawan. Soto di sana rasanya nggak ada duanya. Ayo kita ke sana!" balas Pak Erjati dengan semangat.

Mereka pun berjalan menuju warung soto yang terletak di samping stadion. Aroma kuah soto yang gurih segera menyambut mereka begitu mereka mendekati warung. Suasananya sederhana, tapi penuh kenangan. Mereka memilih meja di sudut, tempat favorit mereka dulu.

Saat soto hangat tersaji di depan mereka, Pak Erjati membuka pembicaraan tentang masa lalu. "Kamu ingat, Hartawan, saat kita sama-sama menjabat sebagai kepala madrasah? Rasanya baru kemarin kita sibuk mengurus program-program sekolah."

Pak Hartawan tersenyum sambil mengaduk sotonya. "Tentu saja, Erjati. Waktu itu kita banyak sekali diskusi panjang tentang bagaimana meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Meskipun kadang berbeda pendapat, kita selalu menemukan jalan tengah."

Pak Erjati mengangguk setuju. "Iya, dan meski tantangannya banyak, kita berhasil membawa madrasah kita meraih prestasi. Itu semua berkat kerja keras dan kerja sama yang baik."

Obrolan mereka semakin hangat, mengenang momen-momen saat mereka harus mengambil keputusan besar, mengatasi berbagai kendala, dan merayakan keberhasilan bersama. Kenangan itu membuat mereka tersenyum, bangga dengan apa yang telah mereka capai.

Soto di depan mereka perlahan habis, tapi obrolan tentang masa lalu terus mengalir. Pak Erjati dan Pak Hartawan merasakan nostalgia yang mendalam, menyadari bahwa meskipun waktu telah berlalu, persahabatan dan kenangan indah itu akan selalu mereka simpan. Hari itu, di sudut warung soto sederhana, mereka kembali merasakan hangatnya kebersamaan dan bangga atas perjalanan hidup yang telah mereka lalui bersama.

Sambil menikmati soto hangat di hadapan mereka, Pak Erjati dan Pak Hartawan semakin larut dalam kenangan masa lalu.

"Erjati, aku selalu kagum dengan perjalanan karirmu. Mengelola madrasah di berbagai tempat bukanlah tugas yang mudah," kata Pak Hartawan dengan nada penuh hormat.

Pak Erjati tersenyum mengenang masa-masa itu. "Ah, itu semua sudah berlalu, Hartawan. Tapi memang, setiap madrasah memiliki tantangan dan keindahannya sendiri. Waktu di MIN 1 Bandar Lampung, aku banyak belajar tentang bagaimana mengembangkan program keagamaan yang lebih intensif. Lalu di MIN Lampung Barat, tantangannya berbeda, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota membuat kita harus lebih kreatif dalam mengatur sumber daya."

Pak Hartawan mengangguk, mendengarkan dengan seksama. "Aku ingat, kamu juga pernah menjabat di MIN Kotabumi. Bagaimana pengalamanmu di sana?"

"MIN Kotabumi itu penuh dengan kenangan manis. Meskipun lokasinya di daerah yang cukup terpencil, tapi semangat belajar para siswa dan dukungan masyarakat sangat luar biasa. Dan tentu saja, yang paling berkesan adalah ketika aku di MTsN 1 Bandar Lampung. Di sana, kita bisa mengembangkan berbagai program inovatif yang alhamdulillah membawa banyak prestasi," jawab Pak Erjati dengan nada bangga.

Pak Hartawan, yang lebih muda, tak mau kalah berbagi pengalamannya. "Aku memang belum sebanyak pengalamanmu, Erjati. Tapi aku merasa sangat beruntung bisa menjabat di MIN 1 Bandar Lampung juga. Di sana aku belajar banyak tentang manajemen sekolah yang baik. Lalu, di MIN 2 dan MIN 11, aku berusaha menerapkan apa yang sudah kupelajari sebelumnya."

Pak Erjati tersenyum mendengar cerita sahabatnya. "Dan akhirnya, kamu juga sampai di MTsN 1 Bandar Lampung, kan? Bagaimana rasanya bertugas setelah bertugas di beberapa tempat?"

"Rasanya seperti pulang ke rumah sendiri. MTsN 1 Bandar Lampung selalu punya tempat khusus di hatiku. Di sana aku merasa bisa benar-benar berkontribusi dan meneruskan apa yang sudah kita mulai dulu. Dan yang paling penting, aku merasa dekat dengan para guru dan siswa," jawab Pak Hartawan dengan hangat.

Mereka berdua saling bertukar cerita tentang bagaimana mereka menghadapi berbagai tantangan selama menjabat di madrasah-madrasah tersebut. Meski jalan yang mereka tempuh berbeda, tetapi tujuan mereka sama---mencerdaskan anak bangsa dan menjaga nilai-nilai agama tetap hidup di tengah masyarakat.

Pembicaraan mereka hari itu di warung soto, di samping Stadion Pahoman, mengingatkan mereka bahwa meskipun waktu terus berjalan dan tanggung jawab berubah, semangat dan dedikasi mereka terhadap pendidikan tetap sama. Persahabatan mereka yang telah terjalin selama bertahun-tahun pun semakin kuat dengan kenangan-kenangan indah yang mereka bagikan.

Setelah menikmati setiap suapan soto dan menyeruput jus jeruk panas yang menyegarkan, Pak Hartawan perlahan beranjak dari tempat duduknya. Dia meraih dompet dari saku celananya dan berjalan menuju kasir untuk membayar makanan yang mereka pesan.

Namun, sebelum sempat menyerahkan uangnya, Pak Erjati segera menyusul dan menepuk bahu Pak Hartawan dengan lembut. "Biar aku yang bayar, Hartawan. Aku yang mengundangmu ke sini," ujar Pak Erjati dengan senyum penuh persahabatan.

Pak Hartawan menoleh dan tersenyum kecil. "Ah, Erjati, nggak perlu repot-repot. Kita kan sahabat lama, nggak usah saling sungkan."

"Tetap saja, Hartawan. Hari ini aku yang ingin mentraktirmu. Anggap saja ini sebagai rasa terima kasih atas semua kerja keras dan kebersamaan kita selama ini," balas Pak Erjati sambil mengambil uang dari dompetnya.

Pak Hartawan akhirnya mengalah, mengangguk setuju, dan memasukkan kembali uangnya ke dalam dompet. "Baiklah, Erjati. Kali ini aku terima, tapi lain kali biar aku yang traktir," katanya sambil tersenyum lebar.

Mereka pun kembali ke meja untuk mengambil barang-barang mereka, lalu melangkah keluar dari warung soto dengan perasaan hangat dan penuh rasa syukur. Momen sederhana itu, bagi keduanya, adalah pengingat betapa berharganya persahabatan yang sudah terjalin lama. Di tengah kesibukan dan tanggung jawab masing-masing, mereka tetap menyempatkan diri untuk bertemu, berbagi cerita, dan menikmati momen kebersamaan yang langka.

Saat mereka berjalan meninggalkan Stadion Pahoman, matahari semakin tinggi, menyinari jalan yang mereka lalui. Di bawah sinar matahari yang cerah itu, Pak Erjati dan Pak Hartawan merasa bahwa persahabatan mereka, seperti sinar matahari, akan terus menerangi perjalanan hidup mereka, dimanapun mereka berada.

****

Setelah menyelesaikan jabatan sebagai Kepala MTsN 1 Bandar Lampung, Pak Erjati diamanahi tugas baru di MAN 1 Bandar Lampung. Di sana, ia melanjutkan dedikasinya dalam dunia pendidikan dengan semangat yang tak pernah pudar. Namun, seiring berjalannya waktu, Pak Erjati merasa bahwa sudah saatnya untuk mencari tantangan baru dan mendekati masa purna tugasnya sebagai seorang PNS.

Tak lama setelah itu, Pak Erjati mengajukan permohonan pindah tugas ke UIN Raden Intan Lampung, sebuah langkah yang menurutnya akan memberikan ruang lebih untuk berkontribusi dalam bidang pendidikan tinggi. Ia melihat UIN sebagai tempat di mana ia bisa mengembangkan ilmu dan pengalamannya lebih lanjut, sembari mempersiapkan diri untuk pensiun dari tugas-tugas administratif yang berat.

Namun, meski Pak Erjati akan segera memasuki masa purna tugas sebagai PNS, semangatnya untuk terus berkontribusi tidak pernah surut. Ia memutuskan untuk tetap aktif mengajar di perguruan tinggi swasta, berbagi ilmu dan pengalaman kepada generasi muda yang akan datang. Selain itu, Pak Erjati juga terus terlibat dalam berbagai organisasi sosial dan keagamaan, dimana ia dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Pak Hartawan yang mendengarkan cerita sahabat lamanya ini merasa bangga sekaligus terharu. Ia tahu betapa besar pengabdian Pak Erjati selama ini, dan ia sangat menghargai langkah-langkah yang diambil oleh sahabatnya tersebut.

"Sehat selalu, Pak Erjati! Semoga perjalananmu di masa purna tugas ini penuh dengan keberkahan. Aku yakin, ke mana pun langkahmu membawa, kamu akan terus menjadi inspirasi bagi banyak orang," ujar Pak Hartawan dengan tulus.

Pak Erjati tersenyum, merasa bersyukur atas dukungan dari sahabatnya. "Terima kasih, Hartawan. Begitu juga denganmu. Kita mungkin sudah tidak muda lagi, tapi semangat kita untuk berbuat baik tak pernah boleh pudar."

Mereka berdua kemudian berpisah dengan penuh haru dan rasa hormat satu sama lain, berjalan menuju jalan hidup mereka masing-masing. Bagi Pak Erjati, hari itu adalah awal dari babak baru dalam hidupnya, di mana ia akan melanjutkan pengabdiannya dengan cara yang berbeda, namun dengan semangat yang sama. Sementara bagi Pak Hartawan, pertemuan itu menjadi pengingat bahwa persahabatan sejati dan semangat pengabdian adalah harta yang paling berharga dalam hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun