Harapan itu tergambar di raut wajah Boru Simorangkir. Meski tak diungkapkannya secara mendalam, namun dapat dibayangkan bagaimana beratnya cobaan kehidupan perempuan tua itu tatkala tiga dari enam anaknya menderita gangguan jiwa.
"Kami hanya pasrah dan berdoa kepada Tuhan, jangan ada lagi yang terkena sakit," ungkap Boru Simorangkir.
Kegelisahan serupa dirasakan keluarga penderita lainnya. Mereka tidak menampik bahwa sejak fenomena ganjil itu muncul, ada banyak anggapan miring. Ada yang menyebutkan bahwa dusun itu sedang dihukum atau semacam terkena kutukan. Ada juga yang bilang mereka terkena karma. Dan beragam cerita yang berbau mitos lainnya.
Namun Tapar Marisi dan Reynold membantah anggapan itu. Menurut mereka, sejak masuknya ajaran injil ke Tanah Batak, kakek buyut mereka adalah orang-orang yang taat beragama. Bahkan generasi sebelum mereka banyak yang menjadi penatua gereja.
"Oppung-oppung kami dulu sudah banyak yang sintua (penatua gereja, red). Sampai sekarang ajaran agama itu juga kami percayai. Jadi kalau dibilang dulu oppung kami jahat, itu tidak benar," kata Tapar Marisi.
Dikatakannya lagi, sejak lama mereka sudah berniat menggelar doa bersama. Melalui ritual itu, mereka ingin memohon kepada Tuhan agar warga yang sakit diberikan kesembuhan, warga dijauhkan dari segala musibah, dan memohon pengampunan dosa.
Doa bersama ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai upaya terapi psikoreligius bagi para penderita. Niatan itu pun terungkap saat perwakilan warga kampung setempat didaulat menyampaikan kata sambutan pada perayaan Natal warga desa.
"Memang keinginan itu (martonggo) sudah pernah digagas, tapi mungkin karena masih banyak halangan, terutama soal kesatuan hati kami, maka belum bisa terwujud," pungkas Tapar Marisi.
Berdasarkan ilmu kedokteran, secara umum gangguan kejiwaan dapat didefenisikan sebagai kelainan pola psikologis atau perilaku yang tidak sesuai kondisi atau perkembangan normal manusia. Tandanya dapat dilihat dari terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi pancaindera.
Ada banyak jenis dan tingkatan penyakit mental ini. Metode pengobatan pun beragam, mulai dari terapi hingga rehabilitasi.
Sedangkan penyebabnya bisa karena faktor keturunan atau genetik (zat-zat neurokimia dalam otak tak seimbang), labil psikologis, dan lingkungan sosial.