Ulik-ulik sedikit, arung jeram pertama kali ditemukan di sungai Colorado, Amerika Serikat pasca Perang Dunia II dengan menggunakan batang pohon. Di Indonesia sendiri, rafting mulai dikenal pada era 1970-an yang dipelopori oleh para pecinta alam asal Jakarta dan Bandung.
Dengan kekompakan tim saat mendayung, spot-spot arus yang mengguncang perahu berhasil dilewati. Pemandangan alam di sepanjang jalur cukup memanjakan mata. Tantangan Sungai Elo berhasil ditaklukkan.
* Aroma Khas Tembakau
Hari keempat merupakan puncak kegiatan. Berangkat dari Hotel Ciputra Kota Semarang, bus rombongan tiba di pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) Karangbenar, Kecamatan Bae, Kudus milik PT Djarum, sekitar pukul 09.00 WIB. Sesaat memasuki gedung pabrik, aroma khas tembakau dan cengkehnya terasa merebak.
Ada 26 unit pabrik SKT milik PT Djarum yang tersebar di Kabupaten Kudus, Pati dan Jepara. Karangbenar yang terbesar dengan kapasitas 4.500 pekerja, umumnya perempuan. Seluruh SKT yang ada mempekerjakan sekitar 70 ribuan orang. PT Djarum sendiri memang sengaja mempertahankan pabrik padat karya tersebut.
Untuk upah yang diberikan per 1.000 batang sebesar Rp18.200 bagi pembatil (pelinting) dan Rp14.200 bagi rekannya yang merapikan. Rata-rata setiap pasangan pembatil dapat melinting 3.000 batang selama 7 jam kerja sehari.
Tak jauh dari SKT Karangbenar, kami bertolak ke pabrik Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang disebut area Taman Oasis. Pabrik ini berkonsep green factory seluas 80 hektar. Di dalamnya terdapat 25 unit mesin pelinting rokok otomatis berteknologi canggih. Mesin-mesin itu beroperasi non stop 24 jam. Masing-masing mesin buatan Jerman itu dapat memproduksi 15.000 batang rokok per menit dengan kualitas terbaik.
Usai mengitari area pabrik SKM, selanjutnya Tari Kretek menyambut di teras office untuk jamuan makan siang. Tarian yang diperankan oleh para perempuan pembatil dan mandornya itu menggambarkan setiap proses produksi rokok kretek tangan yang merupakan produk andalan Djarum.
* Wujud Program CSR