Mohon tunggu...
Marihot Simamora
Marihot Simamora Mohon Tunggu... -

Wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lima Hari "Disandera" si Raja Kretek

17 Juli 2018   16:34 Diperbarui: 18 Juli 2018   14:32 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ulik-ulik sedikit, arung jeram pertama kali ditemukan di sungai Colorado, Amerika Serikat pasca Perang Dunia II dengan menggunakan batang pohon. Di Indonesia sendiri, rafting mulai dikenal pada era 1970-an yang dipelopori oleh para pecinta alam asal Jakarta dan Bandung.

dokpri
dokpri
20 unit perahu karet sudah disiapkan untuk rombongan. Paketnya leisure atau family trip sepanjang 12,5 km dengan waktu arung 2-3 jam. Trip ini untuk kelas pemula. Tingkat kederasan arusnya low. Jadi aman. Tetapi yang membuat seru, banyak perserta yang baru pertama kali menjajal jenis olahraga petualangan alam ini. Tentu ada sedikit rasa was-was. Untung saja si Mas (lupa namanya) instruktur/pemandunya menjelaskan prosedur pengarungan dengan gaya bahasa yang kocak. Dia cocok menjadi seorang stand up komedian. Namun guyonannya itu menguatkan rasa percaya diri sekaligus memicu adrenalin.

Dengan kekompakan tim saat mendayung, spot-spot arus yang mengguncang perahu berhasil dilewati. Pemandangan alam di sepanjang jalur cukup memanjakan mata. Tantangan Sungai Elo berhasil ditaklukkan.

* Aroma Khas Tembakau

Hari keempat merupakan puncak kegiatan. Berangkat dari Hotel Ciputra Kota Semarang, bus rombongan tiba di pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) Karangbenar, Kecamatan Bae, Kudus milik PT Djarum, sekitar pukul 09.00 WIB. Sesaat memasuki gedung pabrik, aroma khas tembakau dan cengkehnya terasa merebak.

Ada 26 unit pabrik SKT milik PT Djarum yang tersebar di Kabupaten Kudus, Pati dan Jepara. Karangbenar yang terbesar dengan kapasitas 4.500 pekerja, umumnya perempuan. Seluruh SKT yang ada mempekerjakan sekitar 70 ribuan orang. PT Djarum sendiri memang sengaja mempertahankan pabrik padat karya tersebut.

Untuk upah yang diberikan per 1.000 batang sebesar Rp18.200 bagi pembatil (pelinting) dan Rp14.200 bagi rekannya yang merapikan. Rata-rata setiap pasangan pembatil dapat melinting 3.000 batang selama 7 jam kerja sehari.

dokpri
dokpri
Selain dibebaskan jepret-jepret dan berdialog langsung dengan mandor dan para pekerja di SKT Karangbenar, kami juga ditantang lomba melinting rokok secara tradisional itu. Meski menggunakan perangkat pelintingan dari kayu, tapi tetap saja gampang-gampang susah. Sebab selain kecepatan tangan, membatil memerlukan ketelitian dan keterampilan terlatih agar komposisi, ukuran dan kerapian setiap batang rokok yang dihasilkan benar-benar sesuai spesifikasi yang telah ditentukan.

Tak jauh dari SKT Karangbenar, kami bertolak ke pabrik Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang disebut area Taman Oasis. Pabrik ini berkonsep green factory seluas 80 hektar. Di dalamnya terdapat 25 unit mesin pelinting rokok otomatis berteknologi canggih. Mesin-mesin itu beroperasi non stop 24 jam. Masing-masing mesin buatan Jerman itu dapat memproduksi 15.000 batang rokok per menit dengan kualitas terbaik.

Usai mengitari area pabrik SKM, selanjutnya Tari Kretek menyambut di teras office untuk jamuan makan siang. Tarian yang diperankan oleh para perempuan pembatil dan mandornya itu menggambarkan setiap proses produksi rokok kretek tangan yang merupakan produk andalan Djarum.

* Wujud Program CSR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun