mengeroyokku .
"Sungguh kalian tidak tahu diutung dan tidak bisa diajak bersahabat. Kalian pinjam kalungku, sudah kupinjami mengapa kalian mempermainkan aku?" begitu saja kataku mengalir.
Bui merasa tidak terima karena adiknya jatuh. Dia mencoba menendangku, tapi secepat kilat kuhindari, dan aku melompat ke atas sehingga gerakan kibasan dariku membuatnya terjungkal. Setelah aku mendarat kembali ke tanah, Sekung berusaha menjambak rambutku, tapi aku segera mengibaskan rambutku sehingga menampar mukanya seperti kuda yang marah mengibaskan ekornya.
Semua gerakanku ini kulakukan dengan spontan. Aku sendiri tidak menyadari kalau setiap gerakanku dapat menyerang balik serangan lawan. Badanku begitu ringan, bahkan hanya kuputarkan saja sudah membuat gerakan hantaman.
Karena serangan mereka dapat kutangkis dengan mudah dan membuat mereka kehabisan akal, sambil menahan rasa sakit mereka langsung lari menjauh.
Â
"Aku senang berteman dan bersahabat, tapi jangan mempermainkan dan mengejekku. Kalian sudah keterlaluan dan tidak pernah menghargai orang lain. Betapa sering banyaknya warga padepokan ini kau rendahkan dengan ulahmu. Mereka semua diam, tapi aku tidak."
Aku meneruskan pekerjaanku di ladang memanen kacang. Setelah satu jam aku berhenti. Kugendong dunak (tempat panen dari bambu) dengan kain selendang di belakang punggungku. Aku bergegas pulang ke padepokan.
Di sana Bui, Rungkut, dan Sekung menghadangku. Mereka mengelilingiku, bahkan sekarang mereka membawa tongkat, tali, dan clurit. Mereka meminta kalungku dengan paksa. Tentu saja aku tidak memberikannya. Tanpa hirau aku terus berjalan sambil menggendong dunak.
Mereka menyerangku dari segala arah. Entah mengapa aku merasa tubuhku begitu ringan hingga bisa melayang ke udara, menendang dan mengenai tubuh mereka dari atas, seolah-olah aku punya kekuatan Gatotkaca tokoh dalam pewayangan, anak Bima yang bisa terbang.
Melihat aku bisa melayang dan menendang sekalipun aku masih menggendong dunak yang penuh berisi kacang, mereka sangat heran. Lebih heran lagi, kacang itu tidak tumpah ketika aku melayang jungkir balik dengan cepat. Mereka bertiga babak belur karena tendanganku.