Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru adalah Dokter Bukan Medis

16 Januari 2024   05:25 Diperbarui: 16 Januari 2024   05:33 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasien dihadapan perawat (sumber : pribadi, image creator, bing.com) 

Kok bisa ? itulah, perlakuan kita terhadap profesi yang satu ini. Persoalan ini, sejatinya, harus menjadi perhatian seksama dari semua pihak, khususnya dari pemerintah yang membawahi layanan publik dalam bidang pendidikan.

O, iya, kembali pada masalah yang dibagian awal dituturkan, "mengapa gejala tadi terus berulang ?"

Salah satu jawabannya, bila dibolehkan, guru pun dapat memainkan prinsip-kerja dokter. Walaupun guru bukan tenaga medis, tetapi prinsip dokter itu perlu diterapkan. Misalnya, prinsip kejujuran. Artinya, seorang guru (seperti dokter), harus jujur pada diri sendiri, bila tidak mampu menyembuhkan penyakit siswa  (maaf, kebodohan dan kenakalan) yang menjadi pasien kita, maka hendaknya pasien itu dirujukkan ke tempat yang baru. Jangan dibiarkan di tempat perawatan kita.  Karena membiarkan pasien di tempat perawatan kita, padahal kita tidak bisa merawatnya, maka sama dengan membiarkan dia menderita sampai titik kematiannya perkembangannya.

Sehubungan hal itu maka adalah wajar, bila kemudian ada proses mutasi baik itu mutasi masuk maupun mutasi ke  luar. Artinya, proses mutasi, jika diartikan sebagai kejujuran dokter dalam perawatan, atau kejujuran orangtua terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (sebagai pasien), maka hal itu adalah wajar. Pun demikian adanya, adalah wajar jika pejabat sekolah menerima peserta didik (pasien) itu, dengan alasan yang tepat menerima pasien karena dianggap mampu menyembuhkan masalah yang dihadapi pasien, bukan sekedar alasan ekonomi atau pragmatis lainnya.

Demikian sebaliknya, bila memang kita memiliki kemampuan untuk merawatnya, maka rawatlah pasien itu sampai sembuh, dan kembalikan kepada orangtuanya setelah sehat....

sampai sini, kepikiran lagi, bisa gak begitu,.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun