Filosofi pendidikan Indonesia yang menuntut siswa super power (paham semua pelajaran)
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan dari masa ke masa, entah perubahan tersebut mengarah pada kemajuan atau kemerosotan; termasuk dalam hal kurikulum.Â
Yang menjadi identik dalam pendidikan Indonesia yaitu tuntutan materi yang sangat banyak yang harus dimiliki oleh semua siswa sehingga siswa dituntut untuk menjadi super dalam memahami semua pelajaran yang ada. Telaah tersebut dalam novel "Senandung Rindu Untuk Ayah dan Ibu""karya Tri Budhi Sastrio dapat dilihat dari data berikut :
"Romo Stefanus Wagimin diminta untuk mengajar bahasa dan budaya di sejumlah kelas. Kelas VIII A termasuk salah satu kelas yang mendapat kehormatan ini karena pada hari itu mata pelajaran bahasa dan budaya Jawa memang ada dalam jadwal.
.....
Selesai pelajaran bahasa Jawa, pelajaran bahasa Inggris yang jumlah jamnya dua kali lebih banyak segera menyusul. Guru bahasa Inggris yang ditugaskan di kelas VIII ada tiga. Ketiganya lulusan Fakultas Ilmu Pendidikan jurusan bahasa Inggris Universitas Katolik Widya Mandala dan ketiganya sudah bergelar Magister Pendidikan. Untuk kelas Raras yang ditunjuk sebagai guru utama adalah Dra. Maria Pratiwi Kartika, M.Pd.
.....
Setelah bahasa Inggris pelajaran berikutnya adalah sejarah. Guru sejarah, Albertus Magnus Martinus, benarbenar bertolak belakang dengan guru bahasa Inggris. Guru sejarah yang satu ini bukan saja ramah dan pandai melucu, tetapi benar-benar sangat informal ketika mengajar."
Dalam rangkaian cerita di atas dikisahkan bahwa Raras dan teman-temannya harus belajar banyak materi pelajaran setiap harinya; dalam hal ini bahasa jawa, bahasa inggris sejarah. Selain itu, siswa harus memahami setiap kaakter guru yang variatif sehingga siswa harus mempu bersikap dalam interaksi di kelas sebagaimana karakter guru yang sedang mengajar.
Banyaknya materi pelajaran yang harus dimiliki oleh peserta didik tentu membuat siswa pusing dan berat dalam menerka karena siswa tidak bisa fokus pada satu materi sedang akal, pikiran dan minat siswa yang berbeda. Hal ini tentu menjadi beben permasalahan dalam sistem pendidikan Indonesia yang harus dievaluasi dan diperbaik dengan dsolusi yang kreatif dan profeisonal.
Filosofi gereja yang memperhatikan generasi penerus