Kami bergegas masuk ke kamar setelah urusan dengan resepsionis selesai. Belum lama memasuki kamar, tiba-tiba terdengar ketukan pintu, setelah kubuka ternyata ada pelayan hotel yang mengantarkan barang-barang kami.
Pelayan hotel berbadan tinggi dan sedikit berjanggut dengan membawa handy talky di saku celananya itu bernama Agus, dialah yang mengantarkan barang-barang kami.
Karena begitu lelahnya perjalanan yang panjang itu, membuatku langsung merebahkan tubuhku di kasur hotel yang begitu empuk. Saking empuknya, aku merasa seperti ditarik-tarik oleh kasur itu untuk terus merebahkan tubuhku padanya.
Tiba-tiba saja aku teringat gadis manis yang pagi tadi kujumpai di Stasiun Klaten. Masih bisa kubayangkan raut wajahnya yang manis itu. Rasa cinta pada diri ini kepada gadis manis itu sepertinya sudah muncul. Membuatku ingin sekali memeluknya erat, mendekapnya dalam kehangatan cinta kasih.
Tapi sayang, dia berada di mana yang aku tak tahu.
Di saat diriku asyik membayangkan gadis manis itu, telepon genggamku berbunyi, rupanya ada pesan masuk dari temanku. Setelah kubaca, aku menyesal, karena pesan itu seharusnya tak tertuju padaku saat itu. Pesan itu mengganggu pikiranku dan liburanku.
Sungguh, aku ingin sekali membanting telepon genggamku saat itu juga.
Oh tidak.
Mengapa dia menanyakan tugas kepadaku, apakah dia tidak tahu jika aku sedang liburan bersama keluargaku?
Oh tidak. Aku pusing sekali.
Harusnya aku matikan saja telepon genggamku supaya tidak kuketahui pesan sialan itu. Aku pun memilih tidur dan berharap tidak mendapatkan pesan sialan seperti itu lagi.