Mohon tunggu...
Mohammad Yayat
Mohammad Yayat Mohon Tunggu... ASN -

penulis amatir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Pelajaran Berharga tentang Hidup dari Seorang Loper Cilik

5 Januari 2017   14:08 Diperbarui: 5 Januari 2017   15:02 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tak om," jawab pendek anak tersebut.

"Ee..eehh ngape tak sekolah? Libur e?" tanya saya kebingungan.

"Tak lah om dah bereenntiii," jawabnya santai dan berirama.

Hah, sedih rasanya mendengar jawaban anak kecil yang polos, yang bisa dengan sesantai itu menjawab sudah berhenti dari bangku sekolah.

"Dah lame berenti? Kelas berape berenti?" semakin saya ingin tau keadaannya.

"Dah lah dah setahun lebih kelas 4 kemaren berenti," jawabnya santai.

"Ngape pasal berenti? Bapak tak marah?" berharap saya mendengar jawaban Bapaknya marah. Ternyata apa yang ia jawab jauh di luar dugaan saya.

"Tak lah bapak tak marah, kami nak (menunjukkan kata mau) jual koran aje."

"Kan bisa sambilan," jawab saya. Agak rasa bersalah juga mengucapkan kalimat itu. 

Ternyata kembali jawaban yang luar biasa 'out of the box' dari anak itu.

"Kami (dalam bahasa melayu kami adalah panggilan untuk diri sendiri, seperti saya atau aku) kalau sekolah tak dapat makan bapak emak tak ade duit, bagus kami jual koran aje bise dapat duit dapat makan,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun