Mohon tunggu...
Mohammad Faiz Attoriq
Mohammad Faiz Attoriq Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Kontributor lepas

Penghobi fotografi domisili Malang - Jawa Timur yang mulai jatuh hati dengan menulis, keduanya adalah cara bercerita yang baik karena bukan sebagai penutur yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Antara Kebahagiaan yang Dikorbankan dan Stigma "Kurang Iman"

25 Maret 2023   23:08 Diperbarui: 27 Maret 2023   00:41 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebahagiaan yang hilang karena keadaan. (Foto: Unsplash.com/Anthony Tran)

Bahkan, mencurahkan isi hati ke psikolog saja malah dihakimi sebagai orang yang tidak beragama, tidak jarang bahwa angka bunuh diri masih tinggi.

Masalah kesehatan mental sudah sejajar dengan masalah kesehatan fisik dan sudah ada penelitiannya.

Buktinya saja, ada dokter jiwa, psikiater, psikolog, bahkan di dunia farmasi pun ada obat-obatan untuk kejiwaan.

Sangat susah untuk membuka diri dan peduli terhadap kesehatan mental karena terlalu bebal dan menutup diri.

3. Mengorbankan kebahagiaan diri

Rela berkorban memang perlu, tetapi jika pengorbanan tersebut harus menumbalkan kebahagiaan, itu keterlaluan.

Dalam dunia psikologi, ada istilah Good Girl Syndrome yang memiliki gejala tidak bisa berkata 'tidak' karena takut diancam.

Penderitanya akhirnya menuruti apa kemauan keluarga atau orang tuanya tanpa bisa menyanggah.

Faktor utamanya adalah didikan keras orang tua yang memaksa anak mereka untuk selalu patuh dan menurut tanpa protes (Tiger Parenting)

Hal ini sangat lumrah terjadi karena egoisme orang tua yang berakar dari penyalahgunaan posisi lebih tinggi dari anak.

Mereka menyalahgunakan kewenangan untuk menindas anak mereka dan dengan mudahnya melabeli anak yang menolak sebagai anak durhaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun