Sahabat ini mengatakan (mungkin juga merayu) pada perempuan tersebut...
...Selama hidup perasaan yang bergejolak seperti sekarang hanya terjadi dua kali.
Tapi gejolak perasan ini bukan terjadi sama mantan istri, kalau sama mantan istri, kenal beberapa bulan langsung nikah, itu terjadi dikota...Jawa Timur.
Waktu itu sifatnya hanya pertimbangan kewajaran, karena aku sudah umur 29 tahun.
Keluarga memberi saran sebaiknya menikah, dan itu memang baik. Walau sudah 12 tahun bersama dia mengarungi bahtera perkawinan, akhirnya kami sepakat berpisah.
Tapi perasaan (kasmaran) seperti ini, dulu kualami sama pacar semasa kuliah, sangat emosional sekali, maklum baru semester satu, baru pula beranjak dewasa, jadi masih labil.
Waktu itu kami tidak melanjutkan kepernikahan karena beda agama. Dan masalah ini juga tidak perlu kuceritakan padamu, tapi intinya tentang aqidah.
Sebenarnya setelah bercerai dengan mantan istri, perasaanku terkunci hampir 3 tahun. Enggan mengenal perempuan, karena aku fokus pada mendidik anak.
Gairah syahwat masih ada seperti laki-laki pada umumnya. Tapi kutahan demi kebersihan jiwa.
Mulai tahun 2020, kami sudah pisah ranjang, memang perkataan talak belum terucap, tapi dengan perlahan kuberi signal, bahwa aku tidak bisa kembali seperti dulu, aku dingin, dan dia mengerti.
Penyebabnya biar kami simpan dalam-dalam, dengan berjalannya waktu, asap itu sedikit demi sedikit hilang ditiup angin.
Kenapa aku bertahan terus dikota ini, walaupun secara ekonomi gak jelas. Pertimbangannya, karena anaku cenderung dekat padaku, jadi kutemani dia, sembari melihat perkembangan mentalnya memasuki masa-masa puber.