Suatu ketika aku membulatkan tekad membuntuti Yeni ketika pulang sekolah. Aku ingin tahu rumahnya, karena sewaktu berangkat sekolah, dia diantar Ibunya, kadang berangkat sendiri jalan kaki.
Berarti rumahnya tidak jauh dari kampung sebelah...
Menurutku, untuk mengetahui rumahnya adalah hal penting. Siapa tahu aku bisa lebih dekat dengan keluarganya. Dan selanjutnya semua akan terbuka lebar...
Lonceng penanda pulang sekolah berbunyi. Akupun bersiap-siap membuntuti Yeni, membuntuti dari jarak selemparan batu.
Perasaan hati selalu deg-degan, aku berharap dia tidak mengetahui hal ini...
Baru saja fikiranku melayang kemana-mana, gadis kecil itu menengok kebelakang, dan mengamatiku penuh curiga!
Dia pantas curiga, karena jalan tembus setapak yang kami lewati, hanya ada aku dan dia. Sedang dikiri-kanan ada kebun milik penduduk yang ditumbuhi tanaman berjejer rapi.
Entah apa yang dilihatnya. Apakah langkahku yang kaku menjadi terlihat menakutkan?
Atau dia melihat sesuatu yang lebih seram dibelakangku?
Tak ayal lagi dia berlari sekencang-kencangnya meninggalkanku!
Aku mulai ketakutan sendiri, rencana semula untuk mengetahui rumahnya gagal total.
Belum sempat aku melangkah untuk beranjak pulang...tiba-tiba Kahar muncul dari sela-sela kebun singkong dengan 'Palu Gada' digenggamannya!
Matanya melotot, karena matanya memang besar, liurnya meleleh disela-sela kedua bibirnya...sambil menyeringai dia berjalan mendekat kerahku, perlahan tapi pasti.
...Kahar selalu menakutkan, apalagi sekarang ia tiba-tiba keluar dari lebatnya kebun singkong, sambil membawa senjata mirip senjatanya Bima, yang dipakai membunuh Duryudana dalam perang Barathayuda.