Mohon tunggu...
Mohammad Risqy
Mohammad Risqy Mohon Tunggu... Pelajar -

Seorang pemula.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kilometer Tak Hingga

31 Juli 2018   12:14 Diperbarui: 31 Juli 2018   13:21 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka beranggapan bahwa sukses adalah jalan anak IPA. Saya tidak tega melihat mereka sedih jika saya masuk bahasa. Tapi makin ke sini, saya lihat bakat saya memang di bahasa. Buat apa di IPA kalau tidak ada passion di sana. Saya yakin sukses milik semua orang tanpa terkecuali."

"Jadi sekarang kamu ingin pindah bahasa? Apa kamu tidak takut bermasalah di SNMPTN?"

"Jika itu risiko yang harus saya tanggung, maka saya siap."

"Apa kamu tidak menyayangkan prestasimu di IPA?"

"Mau tidak mau saya harus meninggalkannya dan kembali ke jalan saya yang sebenarnya - yang sejati.", jawabku dengan nada tegas.

"Kami akan memikirkannya. Besok akan kami sampaikan"

"Terima kasih,"

Aku menyalami guru BKku dan berlalu meninggalkan ruangan BK dengan perasaan lega. Semoga saja, esok hari aku bisa duduk di kelas bahasa.

***

Pagi ini aku datang ke sekolah seperti biasa. Namun, ada hak yang berbeda, kali ini perasaanku benar-benar tidak bisa dikendalikan. Telingaku sudah memerah tidak sabar mendengar keputusan BK.

"Baik anak-anak sekarang buka LKS halaman tiga puluh! Kerjakan nomor satu sampai lima belas!" kata guru PPKnku memberikan tugas. Lagi-lagi tugas yang diberikan membengkak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun