Mohon tunggu...
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Dengan Tiongkok

24 Juni 2023   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2023   20:02 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Globalisasi komunikasi pembangunan lintas budaya merupakan suatu proses kegiatan ekonomi, perdagangan dan budaya. Negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi. Di sini sudah tanpa rintangan batas teritorial negara lagi.

Globalisasi mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa. Ketika globalisasi terjadi, maka batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif. Sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.

Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO). Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang mode pakaian, literatur, dan makanan. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Elite pemimpin China kini lebih cenderung berembuk tanpa kekerasan. Inti dari perubahan ada pada sistem ekonomi yang dimulai dari reformasi pedesaan dan pembubaran komune. Petani dilepaskan dari kekangan perencanaan dan dibiarkan berproduksi dan berinvestasi. Pemerintah China melalui privatisasi mencabut subsidi untuk pada buruh. China telah menganut ekonomi pasar. China bukan lagi rezim militer, rezim militer adalah tradisi warisan masa lalu dan kini tidak lagi direpotkan oleh gangguan dari militer.

China berhasil menyaingi Jepang menghasilkan barang-barang elektronik seperti televisi, DVD Player, telepon genggam, komputer, laptop, kamera digital, peralatan listrik dan lain-lain, namun periksalah produk elektronik itu lebih dekat dan dalam huruf kecil terdapat kata-kata Made in China. Perusahaan-perusahaan Jepang, Amerika, dan Korea di buat di pabrik-pabrik China yang sama. China menghasilkan banyak tekstil untuk pakaian kaos kaki, membuat lebih banyak sepatu dan tas, mainan untuk anak-anak dan aksesoris hiasan untuk mode pakaian. Prancis dan Italia mengubah daftar cabang tokonya di seluruh dunia dengan menyertakan Shanghai.

China menghasilkan suku cadang pesawat Boeing, China membeli ladang-ladang minyak dunia dan menandatangani perjanjian-perjanjian pengadaan minyak dan gas eksklusif dunia dengan Arab Saudi dan Rusia. Dunia sedang berinvestasi di China, tengah terjadi gelombang aliran modal industri dari seluruh penjuru dunia menuju China. Pengusaha Amerika Serikat dan Eropa banyak memecat ribuan karyawannya karena investasi telah berpaling sumber daya manusia ke buruh China yang lebih murah. China menyedot lapangan kerja dari negara-negara di seluruh dunia serta China memproduksi mobil, truk, pesawat terbang, kapal, jaringan pengalihan sistem telepon, pabrik, kapal selam, satelit dan roket.

China membeli rongsokan besi, baja, kertas, plastik dan karet/Latex/silikon dari seluruh dunia dalam jumlah besar untuk dibentuk menjadi produk-produk yang dijual ke seluruh dunia. China mengekspor komputer dengan merek-merek China, membangun serat optik yang berkecepatan tinggi menggunakan laser dan klinik ultramodern, mengembangkan perangkat lunak untuk mesin dan alat-alat kedokteran berteknologi tinggi.

Selain menjadi bangsa yang punya kinerja tinggi, China juga terkenal sebagai bangsa pembajak dan pemalsu merek. Masyarakat China mempunyai dorongan untuk melakukan kecurangan. Bir tiruan bermerek Heineken dan Budweiser, Coca Cola dan Haagen-Dazs, Sampo Head & Shoulders dan Rejoice.

Ribuan barang tiruan buatan China berupa pakaian merek Tommy Bahama, Polo, Ralph Lauren, Tommy Hilfiger, Hermes, Lacoste, Hugo Boss, Emporio Armani melalui e-Bay dan pasar loak ataupun dioplos di toko-toko pakaian di negara berkembang. Kaca mata tiruan seperti Gucci, Versace, Louis Vuitton. Permainan, perangkat lunak program komputer dan DVD film bajakan beredar di dunia. China memalsukan suku cadang otomotif dan perangkat keras komputer, agrokimia dan vaksin rabies palsu, ratusan ribu eksemplar buku dan novel bajakan laris dunia seperti Harry Potter karya J.K. Rowling.

Rahasia China dapat bangkit dari kemiskinan dan mencapai tingkat kemakmuran ditentukan oleh productivity culture yang bukan muncul dari dalam kultur China yang sudah berumur 5000 tahun. Productivity culture ini muncul sebagai akibat dari persaingan antar bangsa yang terjadi setelah globalisasi. China lebih dulu mengambil alih kultur produktivitas negara-negara maju dunia sebelum digilas bangsa lain.

Globalisasi membuat China berputar ke seluruh dunia untuk mencari keunggulan demi memenangkan persaingan antar bangsa. Munculnya kultur memenangkan persaingan antar bangsa di seperti di Negara China harus didukung, didorong dan dirangsang oleh negara, cita-cita membangun China ini yang anggota inspirasi pemimpin China dari Sun Yat-sen, Deng Xiaoping, Chiang Kai-shek dan Mao Zedong. Semangat ini muncul akibat persaingan global yang memaksa bangsa untuk harus mengambil productivity culture.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun