Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompetisi Seni Siswa SD Lintas Gugus Kecamatan Terara, Upaya Membangun Kolaborasi dan Kebersamaan

27 Juni 2024   23:52 Diperbarui: 28 Juni 2024   05:31 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan gersang keluarga itu tampak dalam adegan berikutnya yang ditunjukkan oleh percekcokan pasangan suami istri itu hari demi hari. Sang suami terus menerus mengulang-ulang penyesalannya atas pernikahan yang dipaksakan. Ditambah lagi dengan permasalahan hutang laki-laki itu kepada rentenir.

Sebagian tokoh dalam lakon "Tepemararik" diperankan oleh mahasiswa Teater Putih Universitas Mataram. Mereka menggantikan siswa yang tidak bisa ikut pementasan karena tidak diizinkan orang tuanya untuk menginap. Rupanya ini disebabkan karena kurangnya komunikasi dan sosialisasi kegiatan dari pihak sekolah kepada orang tua.

Pentas teater malam kedua memilih Lakon berjudul "Akah Bunut" artinya, akar beringin. Aksi yang diperankan oleh siswa dari SDN 1 Embung Kandong dibuka dengan ritual pemujaan di bawah pohon beringin. Dalam temaram lighting, terlihat bahwa setting panggung dan iringan musik dalam suasana penuh mistik.

Sekelompok jin penunggu pohon berkumpul setelah adegan tarian. Kumpulan jin yang diperankan anak-anak itu tampil dengan nama-nama lucu. Ada jin rempung treng (rumpun bambu). jin kasur, jin anggota dewan, dan jin WC. Bersama pemimpinnya kumpulan jin itu berbincang tentang permintaan manusia yang lucu, aneh-aneh, dan tidak masuk akal.

Adegan berikutnya sepasang remaja berjalan mengendap-endap dengan membawa kardus berisi bayi. Oleh Raja Jin bayi itu diberikan kepada sepasang suami istri yang muncul dalam adegan sebelumnya. Dalam adegan tersebut pasangan suami istri tersebut datang membawa persembahan dengan harapan segera memperoleh keturunan.

Sebagai media kritik sosial, lakon "Akah Bunut" ingin menunjukkan bahwa masih ada masyarakat yang bersandar kepada mitos untuk mencapai tujuan atau meraih keinginan tertentu. Cara pandang ini ditandai dengan kebiasaan masyarakat yang membawa persembahan ke pohon-pohon yang dipercaya sebagai tempat tinggal jin dan makhluk gaib lainnya.

Jika dikaitkan dengan cara berpikir pragmatis manusia moderen, ritual membawa persembahan pada dasarnya simbol dari perilaku sebagian orang yang mempunyai sikap pragmatis. Dalam beberapa hal, sikap ini cenderung menginginkan hasil yang cepat tanpa melibatkan proses yang lama. Perilaku ini masih tumbuh subur dalam kehidupan sehari-hari.

Itulah gambaran umum tentang kompetisi pentas seni (drama atau teater) dalam kegiatan yang dilakukan dengan peserta dari tiga sekolah. 

Sejauh ini, dalam berbagai pembahasan drama dan teater merupakan dua seni peran yang sering dipertentangkan. Kadang-kadang orang membuat dikotomi drama dan teater. Dilansir dari Kumparan, misalnya, dua seni peran itu dipandang memiliki perbedaan jika mengacu pada ciri-ciri spesifiknya, seperti, konflik, tema cerita, tempat pertunjukan, dan unsur lainnya. 

Sedangkan berdasarkan kutipan dari Gramedia, kedua istilah itu (drama dan teater) sering dipertukarkan. Dalam penjelasan tentang konsep teater, kata drama digunakan sebagai istilah kunci dalam penjabarannya.

Saya tidak memiliki pemahaman yang memadai untuk memberikan penilaian terhadap berbagai unsur yang termuat dalam sebuah seni peran drama atau teater. Namun secara umum, penampilan sebagian anak-anak itu cukup memukau penonton. Mereka terlihat berusaha menghayati perannya masing-masing. Tentu saja dengan segala keterbatasan mereka yang masih dalam tahap belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun