Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kompetisi Seni Siswa SD Lintas Gugus Kecamatan Terara, Upaya Membangun Kolaborasi dan Kebersamaan

27 Juni 2024   23:52 Diperbarui: 28 Juni 2024   05:31 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide kegiatan bersumber dari gagasan cemerlang salah seorang guru, Lalu Akhmad Tamlihan, bersama rekan-rekannya dalam komunitas seni, Sanggar Masmirah, yang dibentuknya waktu yang lalu. Melalui sanggar itu mereka aktif melakukan pelatihan dan pembinaan seni di beberapa sekolah yang meliputi tari, musik tradisional, nyanyi, teater, dan seni pantomim.

Pembentukan sanggar sebenarnya dilatarbelakangi oleh kerisauan mereka terhadap kurangnya pembelajaran dan minat seni di lingkup sekolah. Komunitas ini memiliki harapan sederhana sebagai wadah untuk menampung dan menggali potensi anak-anak di bidang seni dari berbagai sekolah sekitarnya sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing.

Kegiatan kompetisi dibuka oleh kepala sekolah tuan rumah (SD Negeri 1 Embung Kandong). Pada kesempatan itu pula perwakilan sponsor menyampaikan sambutan. Sumbangan sponsor tidak saja berupa uang tetapi juga fasilitas terop, sound system, dan kursi.

Sebelum acara dimulai sekolah tuan rumah mempersembahkan beberapa aksi tari. Musik pengiring tarian dari suara sound system menggema di tengah perkampungan yang biasanya senyap. Gegap gempita suara menarik perhatian banyak orang.

Dua kelompok teater siswa dari sekolah yang berbeda menunjukkan aksi panggungnya pada malam pertama. Lakon teater diawali oleh siswa SD Negeri 1 Rarang, berjudul "Amaq".  

Lakon "Amaq" menceritakan tentang seorang Ayah yang tidak bertanggungjawab. Lakon dibuka dengan kehadiran tokoh Nenek renta sakit-sakitan yang tengah duduk di pinggir sebuah dipan reot. 

Setting panggung menunjukkan kehidupan Nenek berada dalam sebuah ruang yang mewakili kemiskinan. Dengan rias wajah dan ekspresi sakit-sakitan Nenek bergumam sendiri menyebut-nyebut anak laki-lakinya (ayah dari cucunya) yang tidak pernah pulang. Bersama cucunya Nenek berjuang sendiri melawan kesulitan hidup dan kemelaratan.

Beberapa saat kemudian cucu perempuan bungsunya muncul dengan aksi kocak dan tentu saja dengan sifat kekanak-kanakan. Dua cucunya yang lain datang dengan perilaku yang sama. Keadaan mulai tidak kondusif dengan kehadiran tokoh tuan tanah yang memaksa Nenek menjual sebidang tanah miliknya.

Adegan berikutnya ditandai dengan kepulangan sang Ayah bersama istri barunya. Dari sinilah permulaan konflik dimulai. Akhir kisah bermuara pada kesedihan setelah sang Ayah mengambil secara paksa surat tanah untuk dijual.

Lakon kedua berjudul "Tepemerarik", artinya "dinikahkan". Kata itu menyiratkan makna pernikahan yang dipaksakan oleh orang tua. Pemainnya dari SDN 2 Rarang Selatan.

Lakon "Tepemerarik" berkisah tentang kehidupan gersang sepasang suami istri. Kisah dimulai dengan adegan kegaduhan sejumlah anak-anak (diperankan siswa) yang sedang bermain game di teras sebuah rumah. Kegaduhan itu membuat pemilik rumah kesal dan mengusir anak-anak itu. Seorang laki-laki yang sedang tidur siang marah-marah membuat anak-anak itu bubar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun