Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Belangar", Beras Mahal, Rasa Empati Tidak Boleh Padam

22 Februari 2024   13:35 Diperbarui: 24 Februari 2024   18:50 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski harga beras mahal, tetapi rasa empati tidak boleh padam (Sumber Ilustrasi: Freepik)

Dalam suku Sasak tradisi melayat ‘melihat mayat’ dikenal dengan istilah belangar atau langar. Bantuan (beras, gula, atau barang lain) yang dibawa disebut pelangar. 

Di tempat yang berbeda disebut meserak (1). Di daerah Gunung Kidul dikenal istilah lelayu (2). Sedangkan suku Dayak Jalai, Kalimantan Barat, menyebutnya dengan manamburau. (3)

Secara umum semua sepakat bahwa, tradisi melayat merupakan kunjungan warga dan kerabat kepada keluarga yang mengalami musibah sebagai wujud empati atas kesedihan yang dialami. 

Kedatangan ke rumah duka tidak lain sebagai bentuk belasungkawa atas musibah yang dihadapi sesama. 

Mereka tidak sekadar datang. Warga terdekat biasanya datang lebih awal. 

Tujuanya untuk membantu persiapan pemakaman, mendirikan tenda atau tetaring, membuat keranda, menggali liang kubur, atau menerima kedatangan pelayat lainnya. 

Tetangga di sekitar biasanya menyiapkan makanan dan minuman untuk sahabat atau kerabat yang datang dari jauh.

Siswa membawa beras sumbangan kematian (Dokumentasi Pribadi)
Siswa membawa beras sumbangan kematian (Dokumentasi Pribadi)

Karena musibah itu menimpa masyarakat setempat, sekolah juga mengambil bagian untuk menunjukkan belasungkawa atas musibah itu.

Untuk itu sekolah menugaskan siswa yang rumahnya terdekat meminta beras seikhlasnya kepada orang tua masing-masing untuk disumbangkan kepada keluarga yang terkena musibah. Siswa boleh membawa segenggam, secangkir, atau sekantong plastik kecil.

Diminta menyumbangkan beras, kaki-kaki kecil itu berhamburan berlari menuju rumah masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun