Dalam suku Sasak tradisi melayat ‘melihat mayat’ dikenal dengan istilah belangar atau langar. Bantuan (beras, gula, atau barang lain) yang dibawa disebut pelangar.
Di tempat yang berbeda disebut meserak (1). Di daerah Gunung Kidul dikenal istilah lelayu (2). Sedangkan suku Dayak Jalai, Kalimantan Barat, menyebutnya dengan manamburau. (3)
Secara umum semua sepakat bahwa, tradisi melayat merupakan kunjungan warga dan kerabat kepada keluarga yang mengalami musibah sebagai wujud empati atas kesedihan yang dialami.
Kedatangan ke rumah duka tidak lain sebagai bentuk belasungkawa atas musibah yang dihadapi sesama.
Mereka tidak sekadar datang. Warga terdekat biasanya datang lebih awal.
Tujuanya untuk membantu persiapan pemakaman, mendirikan tenda atau tetaring, membuat keranda, menggali liang kubur, atau menerima kedatangan pelayat lainnya.
Tetangga di sekitar biasanya menyiapkan makanan dan minuman untuk sahabat atau kerabat yang datang dari jauh.
Karena musibah itu menimpa masyarakat setempat, sekolah juga mengambil bagian untuk menunjukkan belasungkawa atas musibah itu.
Untuk itu sekolah menugaskan siswa yang rumahnya terdekat meminta beras seikhlasnya kepada orang tua masing-masing untuk disumbangkan kepada keluarga yang terkena musibah. Siswa boleh membawa segenggam, secangkir, atau sekantong plastik kecil.
Diminta menyumbangkan beras, kaki-kaki kecil itu berhamburan berlari menuju rumah masing-masing.