Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menunda Pekerjaan, Penyebab dan Cara Mengatasinya

10 Februari 2024   22:48 Diperbarui: 11 Maret 2024   00:45 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada yang membantu mencetak beberapa dokumen yang masih tersimpan dalam soft file, menyusun bukti pembelanjaan sesuai tanggal pembelanjaan, mencatat sejumlah belanja barang inventaris, atau memeriksa kembali susunan pelaporan.

Saya dan banyak orang kerap menghadapi situasi serupa dan menimbulkan tekanan psikologis. Dibutuhkan ketenangan saat berhadapan dengan situasi mendesak semacam itu. Maka, hikmah sederhana namun sangat penting atas pengalaman di atas adalah tidak menunda pekerjaan

"Jangan menunda pekerjaan!" merupakan pesan yang berlaku universal bagi manusia di mana saja dan kapan saja.

Mengapa menunda pekerjaan?

Ternyata saya tidak sendiri memiliki kebiasaan menunda-nunda seseuatu, dalam hal ini pekerjaan. Dilansir dari Mcclean, menurut studi tahun 2014, 20-25% orang dewasa di seluruh dunia adalah orang yang suka menunda-nunda secara kronis. Secara pribadi saya kerap menunda pekerjaan karena beberapa faktor. 

Pertama, saya tidak sedang merasa nyaman untuk menyelesaikannya. Pada titik ini pekerjaan itu tampak sebagai sesuatu yang membosankan. Kesan inilah yang terasa ketika berhadapan dengan laporan keuangan.

Saya dan mungkin banyak orang kadangkala dihadapkan kepada suatu kondisi dimana sebuah pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan riang gembira dan penuh semangat. Sebaliknya pekerjaan itu terasa menjemukan dan menguras energi.

Mungkin ini yang dimaksud oleh Jenny Yip, psikolog klinis dan direktur eksekutif Little Thinkers Center, Los Angeles, Amerika Serikat. Yip menyebutkan bahwa menunda pekerjaan berarti, "...memikirkan hal ini menyusahkan saya. Oleh karena itu, sulit bagi saya untuk menyelesaikan pekerjaan." (sumber : CNNIndonesia)

Kedua, saya sering menganggap masih ada waktu untuk menyelesaikannya. Beberapa pekerjaan tampak tidak begitu mendesak dan membiarkannya tergeletak di atas meja kerja. 

Saya memilih untuk tidak menyentuhnya sama sekali.. Namun, tanpa disadari perputaran jarum jam dan pergantian hari membawa saya tiba pada batas waktu yang makin mepet. Saat mendekati daedline saya baru menyadari bahwa seya telah melakukan kesalahan dengan menunda pekerjaan.

Ketiga, ketika berhadapan dengan pekerjaan yang terasa tidak menarik, saya memilih melakukan aktivitas lain yang memberikan semacam kesenangan. 

Aktivitas lain itu tentu saja untuk hal-hal yang bersifat positif, misalnya, menulis. Seperti Kompasianer, pada umumnya, menulis kerap membuat saya asyik dan memalingkan diri dari pekerjaan lain yang seharusnya diselesaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun