Mohon tunggu...
Moh Rudi
Moh Rudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aku, Buku, dan Kurir Paket Itu

24 Juli 2024   21:55 Diperbarui: 26 Juli 2024   09:36 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi. Menyerahkan hasil lelang buku untuk Palu-Donggala

Saya berpikir bahwa kelak tak akan ada lagi pedagang asongan dan kaki lima, bahkan kereta ekonomi yang dipenuhi tak cuma penumpang, tapi juga pengasong, pengemis, pengamen dan lain sebagainya itu juga akan hilang. Bagaimana nasib pedagang kaki lima seperti saya? 

Dikemudian hari saya tak menyangka, pemikiran ini rupanya benar-benar menjadi kenyataan. Dua atau tiga tahun setelahnya, secara bertahap, perubahan di Stasiun ternyata benar-benar terjadi. P.T. KAI melakukan perbaikan pelayanan dengan menertibkan seluruh pedagang liar di areal Stasiun, tak cuma Jabodetabek, tapi hingga seluruh Jawa. Tak ada lagi Kereta ekonomi dengan pintu terbuka dan penumpang membeludak hingga ke atapnya. Tak ada lagi pedagang asongan, pengamen, pengemis, hingga karcis KRL yang mirip kartu gaple. Lalu bagaimana nasib saya?

Keingintahuan saya pada banyak hal secara tidak langsung menyelamatkan saya. Sepulang berjualan seorang teman mengajak saya ke sebuah warnet, bukan untuk belajar tentang internet, melainkan hanya untuk mengajari saya belajar  menulis dengan komputer. 

Pada masa itu, warnet dan wartel masih menjadi primadona, facebook belum menggurita dan netizen pada masanya adalah mereka yang tiap hari gemar mengotak-atik Freindster dan berselancar di mIRC, Kaskus dan Chatroom Yahoo.

Di bilik warnet itu lah, saya yang awalnya hanya ingin belajar menulis dengan komputer malah berlanjut berkenalan dengan dunia maya. Dunia yang membuat saya takjub karena bisa berbincang dengan orang di berbagai pelosok dunia hanya dengan duduk manis saja. 

Saya ingat, bemail pertama saya dibuatkan oleh penjaga warnet. Saya jadi benar-benar keranjingan internet. Gawai pandai belum sesemarak sekarang, kuota seluler adalah barang mewah. Jika bosan di chatroom Yahoo, saya mengotak-atik Freindster lalu mulai berkenalan dengan Blogspot.

Saya cukup sering membaca blog-blog berisi tulisan orang, lalu dari sana pula saya tahu bahwa orang bisa juga  berjualan di internet. Saya seolah menemukan jalan keluar yang selama ini saya pikirkan. Saya iseng memajang buku di Blogspot, tak banyak, mungkin 10 eksmplar saja, itu pun buku motivasi yang biasa di obral lima atau 10 ribuan. 

Sementara itu aktifitas berjualan kaki lima di Stasiun masih saya kerjakan. Keisengan ini ternyata membuahkan hasil, beberapa bulan kemudian ternyata buku yang iseng saya pajang di blog ada yang membeli. Meski harganya tak seberapa, pembeli pertama itu benar-benar memotivasi. Dari sini lah saya mulai berkenalan dengan agen kurir pengantar barang. Transaksi pertama saya dikirim lewat JNE.

Saya memulai toko buku online benar-benar tak ada yang mengajari, saat itu meski sudah mulai dikenal namun pasar daring belum sesibuk dan seramai sekarang. 

Seingat saya itu tahun 2006. Marketplace sudah ada, namun masyarakat Indonesia belum optimal menggunakannya. Internet saat itu hanya banyak digunakan kalangan menengah, mahasiswa dan orang kantoran saja. Masyarakat Indonesia, secara umum, benar-benar melek internet ketika mulai muncul Smartphone, ini pun pada awalnya digunakan hanya keperluan media sosial seperti Facebook. 

Peran gawai pintar yang menyematkan aplikasi media sosial berperan sangat besar sekali sebagai batu loncatan. Ketika masyarakat lapisan bawah, mulai dari tukang becak, pedagang pasar hingga kuli bangunan memiliki ponsel pintar, secara perlahan mereka pun mengakses internet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun