1. Rakyat yang bermastautin di kampung-kampung tua Rempang-Galang dan sekitarnya merupakan keturunan prajurit ulung Kesultanan Melayu Bintan dan selanjutnya Kesultanan Riau-Lingga.
Nenek-moyang mereka, seperti halnya nenek-moyang semua orang Melayu Kepulauan Riau lainnya, sangat berjasa dalam membangun negeri ini dan melawan serta mengusir penjajah pada masa lampau.
2. Tak ada sesiapa pun, menurut adat-resam dan tamadun Melayu, yang boleh memaksa mereka untuk meninggalkan kampung halamannya, yang telah dianugerahkan oleh Sultan-Sultan Melayu sejak berabad-abad yang lampau.
Merekalah yang meneruskan, menjaga, dan memperjuangkan semangat kewiraan, pelestarian adat-istiadat, budaya, dan peradaban
Melayu di Rempang-Galang dan sekitarnya sampai setakat ini.
Oleh sebab itu, keberadaan mereka di kampung halaman mereka harus dipertahankan.
3. Adapun di tanah-tanah yang tiada berpenghuni di Rempang-Galang itu, yang sangat luas dibandingkan dengan lahan kampung yang ditempati penduduknya, silalah dilakukan pembangunan asal tak bertentangan dengan adat-resam Melayu, agama Islam, dan nilai-nilai keadilan untuk semua.
4. Diharapkan juga kearifan pihak yang berkenaan untuk membebaskan rakyat Melayu yang ditangkap dan ditahan oleh pihak keamanan karena mereka hanya ingin mempertahankan kampung halamannya ketika terjadi serangan tergempar ke kampung mereka pada Kamis, 7 September 2023 dan Senin, 11 September 2023.
Sesungguhnya, mereka bukanlah penjahat.
5. Semoga mulai hari ini tak terjadi lagi peristiwa yang memilukan berupa ancaman, tekanan, penyiksaan, dan tindakan negatif lainnya terhadap rakyat Kepulauan Riau atas nama investasi dan pembangunan.
Apatah lagi, sampai mengancam jiwa dan menimbulkan kengerian psikologis bagi anak-anak yang tak dibenarkan oleh bangsa beradab mana pun di dunia ini.
Kontribusi Kesultanan Riau-Lingga atau Kepulauan Riau sangat besar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.