Ini kisah di Kerajaan Angleka. Suatu hari Baginda Raja memanggil Patih Kerajaan. Di ceritakan bahwa Kerajaan sedang membutuhkan punokawan untuk membantu melaksanakan Pemerintahan.
"Patih, saya butuh satu punokawan untuk dijadikan petugas kerajaan yang bisa melaksanakan urusan pemerintahan". ucap Raja.
"Sendiko Baginda", jawab Patih seraya menundukkan kepala.
"Tapi saya butuh punokawan yang jujur dan bermoral, saya tidak ingin seperti di Kerajaan Amartapura", sambung baginda Raja.
"Maksud Baginda?", tanya Patih.
" Ya...,, di Kerajaan Amartapura itu sampai sekarang pemerintahannya tak pernah tentram loh jinawi, apa sebabnya patih tau kan?, kata Raja setengah bertanya.
"Ampun paduka, menurut saya karena di Amartapura banyak punokawan penjilat dan rajanya senang dipuja dan dipuji ", jawab Patih.
Mendengan jawaban Patih, Baginda Raja manggut-manggut sambil mengelus jenggotnya yang sudah agak panjang. Raja kemudian minta pendapat kepada Patih.
"Begini Patih, bagaimana caranya supaya Kerajaan merekrut  pejabat dari punokawan yang tidak punya sifat penjilat itu ".
"Kalau boleh saya berpendapat, begini baginda", ucap Patih sambil minta ijin membisikkan sesuatu di telinga Baginda Raja.
Seminggu kemudian, beberapa punokawan Kerajaan dikumpulkan di Bangsal Kerajaan. Beberapa punokawan hadir bersila, tentu saja diantara punokawan punya latar belakang dan watak yang berbeda. Tukang mabuk ada, tukang medok ada, tukang judi ada, punokawan yang baikpun ada.
Mulailah Baginda Raja berpidato.
"Hari ini saya memberitahu bahwa kerajaan butuh satu orang dari kalian untuk saya angkat sebagai pejabat penting kerajaan yang bisa menjalankan urusan pemerintahan ", ucap Baginda Raja.
"Sendiko dawuh paduka yang mulia", serentak punokawan menyahut.
"Tapi  kalian akan di uji terlebih dahulu"
"Inggih paduka", jawab punokawan.
Raja kemudian minta Patih maju ke depan.
Patih melangkah ke depan, tangannya memegang sebilah keris. Punokawan kaget bukan kepalang.
Raja kemudian berkata.
"Ini Patih memegang keris, barang siapa yang bisa mencabut keris itu, nanti akan saya pertimbangkan untuk diangkat jadi Pejabat penting Kerajaan".
Mau tidak mau, meskipun penuh tanda tanya, Punokawan serentak menempelkan kedua telapak tangannya di dada sambil berkata; " Siap  Baginda".
"Namun perlu kalian ketahui, keris itu keris pusaka warisan leluhur, hanya bisa dicabut oleh orang baik baik, sebagai tanda orang baik, nanti akan keluar bau yang wangi semerbak dari dalam sangkurnya", ucap raja.
Para Punokawan tentu berbunga bunga hatinya karena ujiannya tidaklah sulit. Punokawan tidak tahu bahwa atas saran dari Patih, didalam sangkur keris sudah di taruh sejenis minyak yang baunya mirip bangkai binatang.
Ujian di mulai, Punokawan pertama yang biasa medok maju kedepan. Di pegangnya gagang keris sambil ditarik pelan,berhasil.
Seketika raut wajah Punokawan berubah lantara mencium bau yang sangat menyengat, bau busuk.
"Bagaimana Punokawan, bau apa yang kau rasakan". tanya baginda Raja.
"Nggih paduka, baunya sangat menakjubkan, sangat harum, wanginya bukan main", jawab Punokawan.
Raja tersenyum sambil melirik Patih. Kemudian raja memanggil dua punakawan berikutnya  yakni punokawan yang suka mabuk dan punokawan yang senang judi.
Setelah melakukan hal yang sama dengan Punokawan pertama, ternyata jawabannya sama juga, yakni mengaku mencium bau yang sangat harum dan wanginya bukan main..
Tentu saja raja sangat  tau bahwa sesungguhnya tiga punakawan ini berbohong, jawabannya hanya ingin mendapat pujian dari raja bahwa dirinya adalah orang baik baik dan juga ingin menyenangkan raja meskipun sesungguhnya apa yang diberikan raja  baunya busuk. Jadi, sebusuk apapun, jika sudah berkaitan dengan raja, harus dikatakan baik, ABS namanya.
Tiba giliran punokawan ke empat yang tidak pernah neko neko, berhasil pula mencabut keris. Namun tiba tiba punokawan ini bersin, tak kuat menghirup bau dari sangkur keris.
"Bagimana punokawan, apa yang kau rasakan hingga kau bersin", tanya baginda raja.
"Ampun seribu ampun baginda yang mulia, baginda boleh mengecap saya bukan orang baik baik, baginda boleh mengatakan dan mengecap saya orang tidak baik, hamba siap menerima hukuman jika hamba dianggap orang tidak baik", suara punokawan terputus.
"Tapi hamba harus mengatakan kalau bau yang keluar dari sangkur itu sama sekali tidak wangi, tapi bau busuk yang sangat menyengat", ujar punokawan ini sambil membungkukkan badannya.
"ha ha ha ha ...", raja tertawa senang.
"Ya sudah, kamu saya angkat jadi Pejabat", sambung baginda raja.
"Dan kamu, kamu, kamu... ", kata raja sambil menunjuk tiga punokawan yang sudah berbohong.
"kalian  saya anggap punokawan yang tidak jujur, tidak jujur pada diri sendiri, tidak jujur pada saya, tidak layak jadi pejabat. Kepada raja saja sudah bohong, apalagi kepada rakyat. Kalian tidak lebih dari punaokawan yang punya watak penjilat, apa yang saya kasih, kalian anggap semua baik, yang  busukpun kalian bilang wangi,ya sudah  kalian sebaiknya pulanga, saya minta kalian banyak belajar jika ingin jadi pejabat, jangan jadi penjilat, jangan ABS", nasihat raja kepada tiga punokawan pembohong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H