Mohon tunggu...
Cahya Sinda
Cahya Sinda Mohon Tunggu... -

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen| Hujan Pertama di Akhir Kemarau

18 November 2018   10:31 Diperbarui: 18 November 2018   11:37 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kantor lagi sibuk ya? Sampai lembur gini," kataku pada Diah.

"Iya, saya karyawan baru," jawab Diah.

"Oh gitu," balasku santai.

"Diah nggantiin sekertaris lama Bos, seharusnya sekertaris lama Bos yang ngejelasin kerjaan ini, tapi orangnya udah keburu ke luar kota, jadi aku yang jelasin," kata Johan dengan sedikit nada kesal.

"Namanya juga kerjaan Jo," kami bertiga tertawa cair. "Ya udah lanjutin aja,"

"Udah kelar kok," jawab Johan singkat.

Kami bertiga tidak bicara banyak, hanya tentang ini dan itu. Menikmati kopi kami masing-masing. Johan sibuk dengan telepon genggam miliknya, Diah yang entah, sibuk dengan catatan-catatannya yang mungkin tentang pekerjaan, sedangkan aku diam dan sibuk berfikir. Aku memperhatikan Diah, yang duduk di depanku, tertunduk pada lembar-lembar kertas putih. Sesekali ia menggenggamkan jari-jarinya yang lelah. Ia tampak sibuk tapi seperti memperlihatkan dirinya yang sedang baik-baik saja. Hujan masih deras, Johan menerima telepon yang tidak bisa diabaikannya.

Sekarang aku sendirian bersama Diah. Sudah sangat lama tapi tiba-tiba perasaanku bergejolak ke masa SMA. Tempat manusia dengan bebas mencintai dan melakukan hal-hal bodoh yang menjadi bahan candaan di masa depan. Diah meletakkan alat tulisnya, mengemas lembar-lembar berserakan. Menggapai secangkir kopi dan meminumnya. Melihat ke arahku. Tersenyum. Aku membalasnya dengan senyum yang mengisarat.

"Sebelumnya kerja di mana?" Tanyaku.

"Ini pengalaman kerja kantor pertama, sebelumnya kerja di mana aja yang juga masih ada kaitannya sama sekertaris,"

"Oh gitu, selamat sudah masuk dunia kantor," kami saling melempar tawa kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun