"Sekalian buat Diah," kata Johan santai.
"Ini aja americano, pas buat suasana kayak gini,"
"Bener sih, tapi Diah?"
"Dia bilang apa aja boleh,"
Aku seperti sedikit memaksa, tapi mungkin Johan tidak mengetahuinya. Aku meminta Johan untuk menemani Diah, tentu saja aku ingin mengambil alih minuman untuk Diah. Aku melihat hujan semakin deras, dari dapur diam-diam aku mendengarkan mereka, Diah dan Johan, berbicara tentang dunia kerja. Aku ingin mengorek informasi pribadi dari perempuan itu. Satu hal saja yang berhasil aku dapatkan, ternyata Diah menggantikan sekretaris lama wakil direktur perusahaan Johan. Dua Americano terbaikku, kubawa ke ruang tamu.
"Maaf lama, Americano!" Aku menaruh banyak harapan.
"Terima kasih," kata Diah dengan senyum yang manis, hanya itu.
"Kamu nggak bikin juga?" Tanya Johan
"Udah,"
Aku masih berdiri, menunggu mungkin ada hal lain yang ingin Diah katakan. Seketika mempersilahkannya untuk minum. Ia tersenyum dan meminumnya. Sekali lagi ia terdiam. Johan dengan santainya memotong harapanku dan melanjutkan pembicaran mereka. Aku pergi ke tempatku semula menikmati sore. Kali ini hanya tersisa gelisah. Mencuri dengar apa yang mereka bicarakan. Tidak lagi peduli pada hal lain selain apapun tentang pembicaraan dua orang tamu di rumahku.
Haruskah aku pergi bergabung, tidak, ini tentang pekerjaan. Aku harap hujan semakin deras dan mencegah mereka pulang. Sampai kata paling menyenangkan yang sangat ingin aku dengar. Mereka menyudahi persoalan pekerjaan. Aku berjalan mendekati mereka berdua yang sudah mulai diam sejenak dan menikmati minuman.