" Pak Nasution,beliau di bandung, sudah tiga hari di bandung, kalian kesini untuk membunuh anak saya" ucap istrinya.
      Kemudian para tentara membawa Pierre yang mengira bahwa Pierre adalah Pak Nasution dan bergegas untuk menuju ke Lubang Buaya.
      Sementara itu dengan kaki terluka, Pak Nas bersembunyi di rumah kedutaan besar Irak.
      "Mungkin disini aman dari pasukan Tjakrabirawa?" ucap Pak Nas.
      Pukul 06.00 pagi, ia meninggalkan rumah Dr leimana. Kemudian bertemu dengan Bob Sunarjo Gondokusumo iparnya, Mayor sumargono ajudannya Bob serta Letnan  K Hidajat W komandan staf markas besar AD.
      "Bantu saya, siapapun itu bantu saya" ucap Pak Nas dengan Kaki terpincang pincang.
      "Siapa disana?" ucap Bob iparnya Pak Nas dan mendekatinya.
      "Saya Nasution, tolong bawa saya ke tempat persembunyian  di sekitar gedung Staff angkatan bersenjata" ucap Pak Nas.
      Dengan begitu ia dibantu ke dalam mobil untuk menuju tempat persembunyiannya, di dalam perjalanan Pak Nas terus tiarap karena takut masih ada Pasukan Tjakrabirawa yang masih mengincar ia. Kemudian Pak Nas mengirimkan perintah kepada Jendral Soeharto  untuk mulai mengidentifikasi  dan melokalisasi musuh.
      Pada siang hari, Pak Nas  menuju markas Kostrad, kemudian pada malam hari mengikuti rapat di markas Kostrad bersama beberapa jendral lainnya.
      Pada tanggal 5 okteber 1965, Pak Nas baru terlihat dihadapan public, ketika jenazah para Jendral yang diculik oleh Pasukan Tjakrabirawa telah ditemukan dan hendak dimakamkan di taman makam Pahlawan Kalibata. Ia berpidato  dengan haru ketika melepas para kobar PKI. Sehari berselang, ia juga mesti melepas kepergian anaknya yaitu Ade Irma yang tertembak oleh Pasukan Tjakrabirawa.