Mohon tunggu...
Mochammad Taufik Faturrahman
Mochammad Taufik Faturrahman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 1

Pelajar SMA Kelas 3

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abdul Haris Nasution

21 November 2021   07:45 Diperbarui: 21 November 2021   07:50 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jendral besar TNI Purn. Abdul Haris Nasution lahir tahun  1918 dan besar di Kampung Huta Pungkut Distrik Mandailing, Sumatera Utara. Ketika kecil ia sering di panggil Pak Nas. Dimasa kecilnya Pak Nas sering senang membaca buku  sejarah, mulai dari Nabi Muhammad SAW sampai perang kemerdekaan Belanda dan Prancis.

Dimasa kecilnya ia berbadan sangat kurus,pada suatu saat.....

"Bu, mengapa badanku ringkih seperti ini, berbeda dengan kawan-kawanku" ia berkata pada ibunya.

"Sabar ya nak, kita hanya orang biasa berbeda dengan kawan-kawanmu, makan saja kita hanya nasi ditambah daun singkong ditambah garam untuk perasanya" jawab ibunya.

Bahkan saking hidupnya pas-pasan, ia tidak pernah mandi menggunakan sabun, andaipun ia mandi pakai sabun sisa cuci pakaian. Pada masa kecilnya yang serba kekurangan membuat ia tidak pernah mengeluh dan mempunyai mental yang kuat untuk meningkatkan derajat keluarganya.

" Suatu saat nanti nasib kita akan berubah bu" ucap Pak Nas dalam hatinya.

            Dengan bertambahnya usia, Nasution mulai beranjak dewasa, hingga sekolah di Sekolah Menengah Atas Paspal dan lulus, Pada tahun 1938, ia menjadi seorang guru di Bengkulu dan Palembang. Tetapi setelah menjadi guru anehnya ia tertarik untuk masuk Akademi Militer Belanda setelah melihat beberapa tentara yang masuk ke sekolah yang ia ajar. Hingga ia menjadi tentara , dengan begitu nasib keluarganya sedikit demisedikit mulai berubah.

            Ketika Jepang hengkang dan Belanda kembali ingin menjajah, Nasution memutuskan  untuk bergabung dengan Tentara Republik.

            Karier Militer Abdul Harus Nasution  moncer hingga ia menjadi petinggi di tubuh  tentara Indonesia. Pak Nas dikenal sebagai peletak dasar gerilya dalam perang melawan penjajahan Belanda. Metode perang gerilya ini dikembangkan setelah Pak Nas menjadi panlima komando  jawa dalam masa revolusi kemerdekaan II (1948-1949).

            Dalam peristiwa G30S/PKI nasution adalah salah satu enam Jendral yang termasuk daftar diculik bersama satu perwira tinggi TNI AD lainnya.

            Pada tanggal 30 september hingga  1 oktober 1965 dini hari, PKI yang dipimpin oleh Untung, tiba di rumah Abdul Haris Nasution, posisi rumah ia berdekatan dengan rumah wakil perdana menteri (waperdam) Dr. Johannes Leimena.

            Seorang rumah milik leimena terlebih dahulu dihabisi oleh tentara PKI, tentara PKI yang lain memasuki rumah milik Pak Nas dengan paksa. Mengetahui ada suara tembakan diluar, istri Pak Nas yang terbangun langsung mengintip di depan pintu, tetapi ia kembali lagi ke kamarnya dan mengunci pintu kamar sambil memberitahu pada suaminya.

            " Ada pasukan Tjakrabirawa di luar" ucap istrinya..

            Nasution tidak percaya jika tentara Tjakrabirawa datang dengan mendobrak pintu rumahnya. Ia mengecek keadaan, ketika dibuka tembakan menyasar ke arahnya tak sengaja Pak Nas tiba-tiba menutup pintu dan bertiarap.

            " Keluar Jendral" ucap seseorang pasukan PKI.

            Pasukan PKI mengeluarkan tembakan beberapa kali ke arah pintu kamarnya.

            "Cepat Jendral buka" Ucap seseorang Pasukan PKI dan mengeluarkan tembakan kea arah kamarnya.   

            Mendengar suara tembakan tersebut adik nasution, mardiah bergegas berusaha menyelamatkan anak Pak Nas yaitu Ade Irma, namun naas Ade Irma tertembak dalam ge dongan Mardiah.

            Anak Pak Nas yang lain juga terbangun kemudian berlari menuju ajudan Pak Nas yaitu Pierre Tendean.

            Merasa dirinya terkepung, Pak Nas disuruh oleh istrinya untuk melarikan diri dari rumahnya.

            "Cepat pergi dari rumah ini" ucap istrinya sambil menggendong Ade Irma.

            Dengan begitu Pak Nas melompat pagar rumahnya ke perkarangan rumah duta besar Irak. Sebelum turun ia menatap sang anaknya

            "Maafkan ayah nak tidak bisa menjaga mu dengan baik" ucap didalam hatinya.

            Tiba-tiba Pak Nas ditimbak, dan terjatuh namun hanya luka sabetan peluru di kakinya.

            Anak Pak Nas yang lain mendatangani Pierre Tendean.

            "Pierr......." Ucap anaknya Pak Nas.

            "kalian tunggu disini, selamatkan diri kalian" ucap Pierre dengan berlari menuju  teras luar dengan membawa senjata.

            "Jangan bergerak" ucap Pasukan PKI.

            " Mana Nasution?" ucapnya lagi.

            "Saya Nasution" ucap Pierre sambil menyimpan senjata di atas tanah.

            Kemudian Istri Pak Nas kembali ke ruang tengah untuk menelpon namun di hadang oleh pasukan PKI

            "Jangan bergerak, telpon sudah di putus" ucap Pasukan PKI.

            "Mana Nasution" ucapnya lagi.

            " Pak Nasution,beliau di bandung, sudah tiga hari di bandung, kalian kesini untuk membunuh anak saya" ucap istrinya.

            Kemudian para tentara membawa Pierre yang mengira bahwa Pierre adalah Pak Nasution dan bergegas untuk menuju ke Lubang Buaya.

            Sementara itu dengan kaki terluka, Pak Nas bersembunyi di rumah kedutaan besar Irak.

            "Mungkin disini aman dari pasukan Tjakrabirawa?" ucap Pak Nas.

            Pukul 06.00 pagi, ia meninggalkan rumah Dr leimana. Kemudian bertemu dengan Bob Sunarjo Gondokusumo iparnya, Mayor sumargono ajudannya Bob serta Letnan  K Hidajat W komandan staf markas besar AD.

            "Bantu saya, siapapun itu bantu saya" ucap Pak Nas dengan Kaki terpincang pincang.

            "Siapa disana?" ucap Bob iparnya Pak Nas dan mendekatinya.

            "Saya Nasution, tolong bawa saya ke tempat persembunyian  di sekitar gedung Staff angkatan bersenjata" ucap Pak Nas.

            Dengan begitu ia dibantu ke dalam mobil untuk menuju tempat persembunyiannya, di dalam perjalanan Pak Nas terus tiarap karena takut masih ada Pasukan Tjakrabirawa yang masih mengincar ia. Kemudian Pak Nas mengirimkan perintah kepada Jendral Soeharto  untuk mulai mengidentifikasi  dan melokalisasi musuh.

            Pada siang hari, Pak Nas  menuju markas Kostrad, kemudian pada malam hari mengikuti rapat di markas Kostrad bersama beberapa jendral lainnya.

            Pada tanggal 5 okteber 1965, Pak Nas baru terlihat dihadapan public, ketika jenazah para Jendral yang diculik oleh Pasukan Tjakrabirawa telah ditemukan dan hendak dimakamkan di taman makam Pahlawan Kalibata. Ia berpidato  dengan haru ketika melepas para kobar PKI. Sehari berselang, ia juga mesti melepas kepergian anaknya yaitu Ade Irma yang tertembak oleh Pasukan Tjakrabirawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun