Mohon tunggu...
Mochamad Toha
Mochamad Toha Mohon Tunggu... Jurnalis - Kini bekerja di Forum News Network

Jurnalis di Forum News Network. Jika ingin jadi teman, cukup tulis: toha.forum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Optimalisasi Industri Tebu Rakyat

30 Juli 2016   15:44 Diperbarui: 2 Agustus 2016   00:52 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelangkaan tenaga kerja sektor budidaya. Pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah strategis. Komitmen memajukan industri gula juga sekaligus menunjukkan komitmen peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pengurangan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Di sini diperlukan strategi terpadu untuk membangun kembali kejayaan industri berbasis tebu di Indonesia.

Permasalahan di bidang Off Farm. Permesinan di PG yang relatif tua dengan teknologi using. Tingkat efisiensi PG yang berada di bawah standar. Kualitas gula rendah (ICUMSa > 150). Biaya produksi relatif tinggi dan tidak bersaing. Tidak optimalnya kapasitas giling. Diversifikasi produk turunan tebu non-gula tidak digarap secara optimal, sehingga PG tidak mampu meningkatkan daya saing.

Di sinilah diperlukan adanya perubahan paradigma. Bahwa swasembada gula itu jangan hanya dikerangkai dalam konteks pemenuhan produksi gula saja. Ini bukan hanya soal angka-angka produksi gula atau peningkatan rendemen semata, tetapi yang lebih penting dari itu semua adalah bagaimana kita membangun sebuah industri berbasis tebu (sugarcane based industry) yang kompleks dan terintegrasi.

Tanpa mulai membangun industri berbasis tebu dengan tidak hanya fokus ke pendekatan produksi gula, sesungguhnya kita hanya sedang membawa industri ini jalan di tempat, karena tidak ada nilai tambah yang berarti. Kita tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang besar jika tidak mempunyai pikiran yang besar.

Untuk mencari pemecahan permasalahan dalam bisnis berbasis tebu setidaknya kita harus tetap mengacu pada EDO (Efisiensi, Diversifikasi, Optimalisasi). Efisiensimeliputi: Parameter secara luas; Produktivitas lahan; Kandungan gula di dalam tanaman tebu; Rendemen; Konsumsi energi; Nilai tambah produk; Produktivitas tenaga kerja; Biaya maintenance; Jam berhenti; Konsumsi air.

Optimalisasi.Kapasitas giling dari 62 PG yang ada di seluruh Indonesia mencapai 205.000 ton tebu per hari (TCD). Dengan asumsi 170 hari giling dan rendemen 9 persen, maka produksi yang bisa dihasilkan seharusnya meningkat.

Diversifikasi: Cogeneration. Cogeneration yang mengolah ampas tebu menjadi listrik kali pertama muncul di Mauritius dan Hawaii. Pada 1926/1927, 26 persen pembangkitan listrik di Mauritius dan 10 persen di Hawaii berasal dari pabrik gula (WADE, 204).

Berkaca pada sejumlah proyek di Brazil dan Thailand, investasi yang dikucurkan dalam proyek cogeneration bisa kembali melalui pendapatan dari penjualan listrik dalam periode tidak lebih dari 5 tahun (ISO, 2009). Skema Pay Back PeriodProgram Cogeneration di PG Ngadirejo. Nilai investasi yang dikeluarkan Rp 310,40 miliar = 3 tahun. Perkiraan Nilai Jual Listrik Rp 104,89 miliar/tahun.

Diversifikasi: Etanol. Ethanol dengan bahan baku tetes tebu. Formulasi sederhananya adalah setiap 1 ton tebu dengan proses sedemikian rupa dari tetes tebu (molasses) akan bisa menghasilkan 12 liter etanol. Dengan demikian, untuk 6,5 juta ton tebu yang digiling akan bisa menghasilkan 78 juta liter etanol atau ekuivalen dengan 78.000 kiloliter (KL). Dengan asumsi harga Rp 8.000 per liter, maka potensi pendapatan yang bisa diraup mencapai Rp 624 miliar.

Diversifikasi: Biokompos. Biokompos yang terbuat dari pengolahan limbah padat berupa abu atau blothong. Potensi bisnis biokompos ini cukup besar. Dengan asumsi setiap satu ton tebu bisa menghasilkan 40 kilogram biokompos, maka dari 65 juta ton tebu yang digiling akan diproduksi 260 juta biokompos atau 260.000 ton. Potensi pendapatan dari bisnis ini mencapai Rp 52 miliar.

Listrik dari tenaga biofuel hasil pengolahan dari limbah bioetanol. Dari penghitungan sederhana bisnis ini, ada potensi listrik yang bisa dijual sebesar 37.440 MWH. Dengan asumsi harga jual adalah Rp 1.000 per kwh, maka potensi pendapatan yang bisa diraup adalah Rp 374 miliar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun