Mohon tunggu...
Mochamad Toha
Mochamad Toha Mohon Tunggu... Jurnalis - Kini bekerja di Forum News Network

Jurnalis di Forum News Network. Jika ingin jadi teman, cukup tulis: toha.forum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Optimalisasi Industri Tebu Rakyat

30 Juli 2016   15:44 Diperbarui: 2 Agustus 2016   00:52 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilihat dari kondisi pergulaan nasional, industri gula nasional saat ini hanya didukung 62 PG yang aktif dengan 51 PG milik BUMN dan sisanya milik PG Swasta. Untuk kebutuhan gula nasional, misalnya, sebanyak 5.700.000 ton harus dipenuhi pada 2014. Kapasitas giling 62 PG eksisting adalah 205.000 TCD seharusnya menghasilkan 3 juta-3,5 juta ton per tahun.

Persoalan krusial yang sering dan selalu dihadapi dalam industri gula nasional antara lain menyangkut masalah rendemen yang masih dalam kisaran 7-9 persen saja. Produktivitas gula Indonesia relatif rendah, tidak seperti di Brazil, Australia, Thailand, dan Filipina dengan rendemen gulanya bisa mencapai 12-14 persen. Rendemen industri tebu Indonesia jelas sulit sekali bergerak naik.

Sudah sekian tahun produktivitas lahan yang ada juga tidak mengalami peningkatan berarti. Meski produksi tebu terus meningkat, tapi untuk data rendemennya dari waktu ke waktu selalu tetap. Industri gula sekarang ini statis pada tingkatan rendemen yang cuma 7-9 persen.

Upaya untuk meningkatkan kinerja industri guna nasional tentu bukan sebuah ikhtiar yang mudah. Berbagai tantangan harus dijaab oleh para pelaku industri padat kara ini untuk memenuhi kebutuhan guna nasional sebanyak 5.700.264 ton pada 2014 yang terdiri atas Gula Kristal Putih (GKP) konsumsi 2.956.259 ton dan Gula Kristal Rafinasi (GKR) industri 2.744.005 ton.

Adapun kapasitas giling dari 62 PG yang ada di seluruh Indonesia mencapai 205.000 ton tebu per hari (TCD). Dengan asumsi 165 hari giling dan rendemen 8,5 persen, maka produksi yang bisa dihasilkan semestinya 2,96 juta ton gula per tahun. Seharusnya angka itu sudah mampu memenuhi kebutuhan GKP konsumsi, namun kini produksi GKP hanya kisaran 2,2-2,3 juta ton. Dengan demikian terdapat masalah inefisiensi yang harus diselesaikan.

Jika kita nanti hanya mengandalkan bicara masalah rendemen, itu adalah pada statis hanya antara 7-8 persen saja, ini menunjukkan bahwa di tingkat on-farm(lahan) itu tidak ada kemajuan yang spektakuler sehingga harus punya terobosan dan inovasi-inovasi baru. Bagaimana tetap mempertahankan dan meningkatkan pendapatan perusahaan.

Strategi EDO, yaitu Efisiensi, Diversifikasi, dan Optimalisasikapasitas giling merupakan salah satu solusi optimalisasi industri gula. Tiga langkah ini saling berkaitan dalam menunjang program revitalisasi industri padat karya itu. Harga gula juga tidak mungkin melonjak lebih tinggi lagi (tetap dalam kisaran Rp 15 ribu/kg), karena akan selalu diintervensi pemerintah. Industri gula bisa naik, tetapi tetap tidak bisa spektakuler.  

Efisiensi dari sisi off-farm harus dilakukan PT Perkebunan Nusantara dengan menyusun road map revitalisasi mesin pabrik dengan tiga sasaran utama, yaitu (1) mengurangi konsumsi bahan bakar dan energi, (2) mengatasi berbagai hambatan persemian, dan (3) mengurangi biaya pemeliharaan pabrik.

Terkait Diversifikasi, PTPN harus memahami bahwa menggarap produk turunan tebu sangat penting mengingat setiap batang tebu tidak hanya mengandung gula, tetapi juga berbagai macam jenis yang bisa dimanfaatkan seara ekonomis. PTPN harus bertekad untuk beyond sugar dan benar-benar bertransformasi menjadi industri berbasis tebu (sugarcane based industry)terintegrasi dari hulu ke hilir.

Dengan diversifikasi, PTPN bisa mengurangi risiko produksi dalam rangka pengusahaan tebu yang menyeluruh. Biaya produksi terus meningkat seiring dengan upah tenaga kerja dan ongkos tebang-angkut tebu yang naik. Sementara marjin dari penjualan gula tidak bisa dibuat setebal mungkin karena faktor daya beli konsumen.

Harga gula sendiri sekarang ini fluktuatif. Tetapi di sisi lain harga produk turunan lainnya cukup menjanjikan. Sehingga ke depan PTPN semakin fokus menggarap bisnis turunan tebu non-gula, antara lain, melalui pembangunan pabrik bioetanol yang terintegrasi dengan PG-PG dan program co-generation dengan memproses ampas menjadi listrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun