Laki-laki itu kemudian memeluk ibu. Â Membisikkan sesuatu entah apa. Â Ibu tersenyum. Â Lalu menepuk-nepuk pundak Kak Juli.Â
"Dari Bandung jam berapa, Kak?"
"Jam sebelas. Â Pas Afra nelpon, langsung kami berangkat."
Diah menatap istri Kak Juli. Â Cantik juga. Â Hebat banget Kak Juli. Â Walau matanya buta tapi masih bisa memilih wanita yang cantik sebagai pendamping hidupnya. Â Sebetulnya Kak Juli tak perlu wanita cantik segala. Â Kalaupun cantik, dia kan tetap tak bisa melihatnya. Â Seperti karunia bagi Kak Juli. Â Tapi bagaimana dengan istrinya? Â Jangan ini sebuah siksaan. Â Ah, tak mungkin juga. Â Tuhan kan memang sudah menuliskan jodoh setiap orang di dalam buku catatannya. Â Karena tak ada tip ex, pasti jodoh Kak Juli pun pasti bukan hasil tip ex-an.
Senyumnya. Â Diah saja melihat senyum itu manis sekali.
"Diah, kamu pasti lagi ngeliatin istriku. Â Iya, kan?" tanya Kak Juli yang langsung membuat Diah kaget.
"Kok tahu?"
"Orang yang pertama kenal aku, selalu melihat istriku. Â Lalu, ia akan membatin, kok orang buta istrinya cantik banget ya?" kata Kak Juli yang langsung diam saat dicubit istrinya.
"Kok tahu?'
"Kok tahu, kok tahu. Â Din ceritakan segalanya tentang kita pada adikku yang satu ini. Â Biar tak penasaran," kata Kak Juli.
Kebiasaan Kak Juli katanya memang begitu. Â Selalu menyuruh istrinya menceritakan proses terjadinya perkawinan mereka. Â Biar tak ada prasangka yang tidak-tidak.