Diah ambil parang di dapur. Â Parang yang sudah terlihat karatan. Â Tak pernah Diah memakainnya. Â Dulu, belinya juga karena Diah kasihan kepada tukang parang yang sudah sore belum ada satu pun parangnya yang laku.Â
Ternyata ada manfaatnya juga.
Langkah tegap siap tempur. Â Diah menuju laki-laki itu. Â Saat Diah hampir sampai ke tempat laki-laki itu duduk, laki-laki itu berbalik. Â Dan wajah laki-laki itu benar-benar mengagetkan Diah. Â Parang yang sudah terhunus langsung jatuh nyaris mengenai kakinya.
"Bapak...?" kata Diah.
Laki-laki itu meringis. Â Memamerkan giginya yang besar-besar dan hitam legam. Â Betul-betul mengerikan. Â Diah undur. Â Hatinya rontok. Â Bapaknya telah menjelma menjadi iblis pembunuh.
"Bun, bun, bun!"
Ada yang memanggil Diah. Â Sepertinya Rara. Â Diah membuka mata. Â Betul, Rara. Â Rara mengguncang-guncang badan Diah.
"Bunda mimpi?" tanya Rara.
Diah masih diam.
"Bunda mimpi buruk, ya?" ulang Rara.
Diah membaca istigfar tiga kali.Â