Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

3 Hati dalam Gelas (27)

12 April 2016   17:11 Diperbarui: 12 April 2016   17:15 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dia ingin menikah lagi.  Aku jelas tak setuju.  Lebih baik aku mati daripada harus dimadu.  Di, dia bukannya mundur dari hasrat buayanya itu, dia malah mengatakan akan mengabulkan apa yang aku ucapkan.  Dia betul-betul ingin membunuhku, Di.  Tolong... tolong aku ya?"

Badan Lina terasa dingin.  Diah menyuruhnya tidur.  Kemudian Diah mencoba melihat ke depan rumah.  Tak ada apa-apa.  Hanya semburat senja yang sedang bergegas menuju peraduannya.

Saat Diah hendak berbalik, pintu ada yang mengetuknya.

Seorang laki-laki.  Diah mengintip dari balik gorden yang sudah ditutup Lina.  Di tangannya ada sebilah pisau yang masih terhunus.  Hati Diah langsung ciut walau sabuk hitam karate pernah diraihnya.

"Siapa laki-laki itu?" Diah bingung sendiri.

Ketukan terdengar lagi.  Ketukan kedua terdengar lebih keras.  Hati Diah seakan hendak copot.  Untung Lina masih tertidur pulas.  Kalau Lina terbangun bisa jadi dia akan semakin histeris.

Kemana orang-orang?

Masa masih sesore ini sudah tak ada orang yang lewat?  Harusnya kan jalan depan rumah masih ramai?  Ada apa gerangan?

Diah ingat kalau dia pernah menyimpan nomor HP bu Rt.  Tapi lupa menaruhnya di mana.  Kalau lagi gugup seperti ini, jalan otak juga pasti tersumbat.  Diah main bongkar lemari baju saja.  Tak ada apa-apa.  Mencoba mencari di bufet. Juga tak ada.  Hingga ketukan ketiga terdengar semakin keras.

Di saat yang sama, Lina terbangun.

"Tidur lagi saja, Lin," rayu Diah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun